Akhirnya Ada Kabar Baik, Harga Batu Bara Bangkit dari Kubur

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara akhirnya menguat setelah tumbang hampir sepekan. Pada perdagangan Kamis (9/3/2023), harga batu bara kontrak April di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 184 per ton. Harganya menguat tipis 0,96%.
Pelemahan kemarin memutus tren negatif harga batu bara yang melemah sejak akhir pekan lalu. Dalam empat hari perdagangan sebelumnya, harga batu bara ambruk 7,1%.
Menguatnya harga batu bara ditopang oleh aksi bargain buying serta sentimen positif dari China dan Eropa. Namun, masih besarnya pasokan pasir hitam di pasar global menahan laju kenaikan harga.
Impor China sudah meningkat tajam pada Januari-Februari tahun ini. Kebijakan Beijing untuk terus membangun pembangkit listrik batu bara juga diproyeksi akan mendorong impor.
Badan Kepabeanan China mencatat impor batu bara Tiongkok pada Januari-Februari 2023 menembus 60,64 juta ton. Jumlah tersebut melonjak 71% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (35,39 juta ton).
Permintaan batu bara dari Tiongkok diperkirakan akan melambat karena aktivitas industri mereka belum sekencang yang diperkirakan. Utilisasi pembangkit listrik batu bara China pun baru ada di kisaran 50-60% pada Februari 20023, menurun dibandingkan 70% pada Januari.
Namun, kabar yang menyebut China tengah membangun pembangkit listrik dengan kapasitas raksasa bisa membantu penyerapan pasir hitam ke depan.
Laporan Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (Centre for Research on Energy and Clean Air/CREA) di Finlandia dan Global Energy Monitor (GEM) menyebutkan jika China terus menyetujui pembangunan pembangkit listrik batu bara meskipun berkomitmen mengurangi emisi gas.
Tiongkok dikabarkan mulai membangun pembangkit batu bara dengan kapasitas enam kali lipat dari gabungan seluruh dunia. Pada tahun lalu, kapasitas yang dibangun mencapai 106 gigawatt.
China adalah konsumen terbesar batu bara di dunia sehingga perkembangan di negara tersebut sangat menentukan harga.
Permintaan dari Eropa juga diperkirakan akan naik tipis karena suhu yang lebih dingin. Impor diperkirakan naik menjadi 3,92 juta ton pada Maret 2023, naik tipis dibandingkan pada Februari yang tercatat 3,88 juta ton.