Banyak Saham IPO Akselerasi Berguguran, Investor Jadi Trauma

• Sebanyak 9 dari 17 saham emiten anyar yang melantai selama awal 2023 berkinerja jeblok.
• Sejak 2022, sebanyak 11 dari 15 saham yang tercatat di papan akselerasi memiliki kinerja loyo.
• Dari 36 saham IPO yang 'nyungsep' sejak 2022, ada 3 sekuritas dengan saham 'besutan' boncos paling banyak

Jakarta, CNBC Indonesia - Kehadiran saham-saham pendatang baru tentu menjadi angin segar bagi investor. Hanya saja, bakal menjadi 'pekerjaan rumah' (PR) untuk menyaring saham baru yang layak investasi apabila kinerja saham tersebut ternyata banyak yang jeblok.

Berdasarkan data yang diolah CNBC Indonesia Research, sebanyak 47,37% atau 36 saham pendatang baru dalam periode 2022 hingga Februari 2023 menorehkan kinerja yang tidak menggembirakan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 30,56% berasal dari saham papan akselerasi.

Lebih lanjut, 9 dari 17 saham emiten baru yang 'manggung' di awal 2023 terjungkal.

Angka lebih buruk dialami saham-saham emiten 'mini' yang tercatat di papan akselerasi. Semenjak 2022, sebanyak 11 dari 15 saham yang tercatat di papan akselerasi memiliki kinerja loyo.

Bahkan, 4 dari 5 saham akselerasi yang IPO di 2023 terjerembab di teritorial merah, dengan penurunan yang tajam dan harga yang sudah di level gocap (Rp50/saham) atau bahkan di bawahnya.

Saham akselerasi PT Mitra Tirta Buwana Tbk (SOUL), misalnya, hanya butuh waktu sebulan bagi harganya untuk mencapai Rp37/saham dari harga IPO Rp110/saham, berdasarkan data per 8 Februari 2023.

Selain SOUL, harga saham perusahaan bimbingan belajar (bimbel) yang juga di papan akselerasi, PT Lavender Bina Cendikia Tbk (BMBL), juga sudah anjlok 63,83% sejak listing 11 Januari 2023.

Papan akselerasi disediakan untuk mencatatkan saham emiten dengan aset kecil.

Tidak seperti papan pencatatan lainnya, batas harga bawah papan akselerasi hingga Rp1/saham dengan batas kenaikan (ARA) dan penurunan (ARB) masing-masing 10%.

Sejauh ini, duo saham minuman beralkohol, BEER dan WINE (listing awal Januari lalu) yang punya kinerja moncer di awal 2023. Saham BEER melejit 68,18% ke Rp370/saham sejak IPO pada 6 Januari 2023, sedangkan WINE meroket 188,37% ke Rp372/saham.

Informasi saja, menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), ada sebanyak 17 emiten anyar yang resmi melantai (listing) pada awal 2023.

Sedangkan, sejak 2022 hingga 8 Februari 2023, sebanyak 76 perusahaan sukses menggelar penawaran saham perdana (IPO) di bursa.

Daftar Saham Listing di Awal 2023 (Dari yang 'Terboncos')

Sumber: BEI (diolah) |*Data kinerja saham per 8 Februari 2023

Sebelumnya, selama 2022, ada 59 emiten IPO, dengan 27 saham boncos dalam periode tersebut.

Saham OLIV, NANO, dan KLIN, yang notabene masuk ke papan akselerasi, menjadi deretan saham dengan harga terendah di bursa saat ini.

Adapun, raksasa jasa ride-hailing dan e-commerce GOTO juga mengalami masa yang berat pasca melantai pada 11 April 2022. Harga saham GOTO sudah turun 64,50% sejak IPO.

Sementara, emiten anak usaha Grup Adaro, ADMR, menjadi jawara saham IPO 2022. Per 8 Februari, kinerja ADMR meroket 1.395% sejak IPO di harga Rp100/saham pada 3 Januari 2022. (Lihat tabel di bawah ini)

Daftar Saham Listing Sepanjang 2022 (Dari yang 'Terboncos')

Sumber: BEI (diolah)

Soal Underwriter

Setidaknya ada sebanyak 38 perusahaan sekuritas Anggota Bursa (AB) yang terlibat menjadi penjamin emisi efek (PEE) atawa underwriter dalam gelaran IPO sejak 2022 hingga 8 Februari 2023.

NH Korindo Sekuritas Indonesia menjadi penjamin emisi terbanyak bersama UOB Kay Hian, yakni meng-IPO-kan 9 perusahaan.

NH Korindo juga berduet dengan Surya Fajar Sekuritas untuk IPO IBOS pada April 2022.

Secara kebetulan, NH Korindo bersama UOB juga menjadi underwriter dengan kinerja saham jeblok terbanyak.

UOB Kay Hian sebanyak 5 saham, sedangkan NH Korindo 4 saham. Satu nama lagi, Shinhan Sekuritas juga memiliki 3 saham besutan yang nyungsep sejak IPO.

Jadi, ada 12 dari 36 saham IPO anjlok sejak 2022 yang diurusi oleh tiga sekuritas tersebut.

Namun, secara keseluruhan 10 saham emiten yang di-IPO-kan NH Korindo menghasilkan persentase kenaikan fantastis (320,17%).

Begitu pula dengan UOB, yang mana dari 9 saham, secara keseluruhan berhasil memiliki persentase kenaikan positif 79,66%.

Khusus Shinhan, dari 4 saham yang dibesut, termasuk IRSX yang melantai pada 7 Februari 2023, menghasilkan kinerja yang tidak memuaskan (-144,36%).

Underwriter dengan Jumlah Saham IPO 'Boncos' Terbanyak (2022-Feb. 2023)

Sumber: BEI (diolah) |*Data kinerja saham per 8 Februari 2023

Demikian, apabila kita melihat data di atas, saham-saham yang tercatat di papan akselerasi memiliki kinerja terburuk di antara yang lainnya. Tentu, ini akan menjadi bahan pertimbangan investor dalam memilih saham IPO ke depan.

Informasi saja, BEI sendiri menargetkan, 57 perusahaan yang akan melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada 2023.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com