Market Commentary

ZATA Saham Umat yang Rugikan Umat Bangkit Bak Zombie

Riset, CNBC Indonesia
07 February 2023 10:44
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten fesyen muslim PT Bersama Zatta Jaya Tbk (ZATA) membuat boncos para investor yang setia memegang saham sejak penawaran umum perdana (IPO).

Bahkan, sebelum tiba-tiba rebound pagi ini, saham ZATA sempat 'tertidur' di level gocap (Rp50/saham) dalam tiga hari terakhir.

Menurut data Bursa Efek Indonesia, Selasa (7/2/2023), pukul 09.18 WIB, harga saham ZATA melompat 32% di posisi Rp66/saham.

Sebelumnya, rentetan penurunan harga yang tajam akhir-akhir ini membuat bursa menggembok (suspensi) saham emiten milik konglomerat Sultan Subang alias Asep Sulaeman Sabanda pada 31 Januari lalu.

Pasca suspensi, saham ini sempat 'nyender' ke batas harga bawah untuk papan utama dan pengembangan (Rp50/saham) pada 5-6 Februari lalu.

Penurunan tajam saham ZATA terjadi seiring alsi jual pemegang saham pengendalinya yakni PT Lembur Sadaya Investama (LSI) beberapa waktu sebelumnya.

Di tengah tren penurunan harga saham ZATA yang terus terjadi tersebut, LSI dilaporkan melakukan aksi jual saham untuk tujuan divestasi sebanyak 3 kali.

Secara total, LSI telah mendivestasikan kepemilikannnya di saham ZATA sebanyak 910 juta yang membuat kepemilikan LSI di saham ZATA turun menjadi 62,22% dan mengantongi uang sebanyak Rp 87,8 miliar.

Transaksi divestasi tersebut menjadi kontroversial lantaran tidak mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Berdasarkan Pasal 2 POJK No.25/2017, pihak yang memperoleh efek bersifat ekuitas dari emiten dengan harga/nilai konversi dan/atau harga pelaksanaan di bawah harga IPO dilarang mengalihkan kepemilikan efek bersifat ekuitas tersebut selama 8 bulan.

Selain soal aksi jual oleh PSP, kabar soal utang perseroan terhadap PT Bank Raya Tbk (AGRO) juga ikut membawa sentimen negatif terhadap ZATA.

Kabar teranyar, manajemen menyatakan, perseroan telah menyelesaikan pembayaran utang kepada PT Bank Raya Tbk (AGRO).

"Untuk Bank Raya sudah selesai. Sudah lunas," kata Sekretaris Perusahaan ZATA Irvan Rachmawan saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (6/2).

Dalam keterbukaan informasi, Senin (6/2), pihak ZATA juga menegaskan perseroan telah melunasi seluruh pembayaran kepada Bank Raya.

Di samping itu, ZATA berencana akan melakukan pembelian saham kembali (buyback) saham. Direktur Bersama Zatta Jaya Ronny Soleh Pahlevi mengatakan, manajemen telah meminta pemegang saham pengendali, yaitu PT Lembur Sadaya Investama (LSI) milik Sultan Subang untuk melaksanakan aksi korporasi tersebut.

Selain itu, Ronny juga mengungkapkan bahwa perseroan akan melakukan lock-up saham, sampai masa lock-up selesai.

"Kami telah meminta komitmen dari pemegang saham pengendali LSI untuk melakukan buyback dan untuk melakukan lock-up sampai masa lock-up selesai," kata Ronny dalam paparan publik insidentil secara virtual, Senin (6/2)

Namun, sayangnya, Ia belum dapat menyebutkan perihal kapan buyback saham tersebut dilaksanakan.

Asal tahu saja, Zata melakukan IPO pada 10 November 2022 dengan harga penawaran Rp100/saham.

IPPE ke Gocap

Sebelum ZATA, bursa juga melakukan suspensi terhadap saham milik Sultan Subang lainnya, PT Indo Pureco Pratama Tbk (IPPE) pada 26 Januari. Ini seiring IPPE mengalami penurunan harga hingga batas auto reject bawah (ARB) 'berjilid-jilid'.

Direktur Utama IPPE Syahmenan mengatakan, tidak ada intervensi perseroan terhadap harga saham IPPE. Sebab, langkah-langkah yang dilakukan perseroan selama ini untuk meningkatkan kinerja agar dapat tumbuh positif dengan baik.

"Kami pastikan tidak ada (intervensi terhadap saham). Tidak ada rencana intervensi," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (31/1).

Saat ini, saham IPPE berada di level gocap, belum bergerak dalam 2 hari terakhir.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(trp/trp)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation