Licik! Modus Indosurya Gaet Nasabah Berujung Penipuan Rp 106T

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus koperasi simpan pinjam (KSP) Indosurya Simpan Pinjam (ISP) menjadi kasus penipuan terbesar dengan total nilai kerugian Rp 106 triliun. Mirisnya, puluhan ribu korban sampai saat ini belum mendapatkan uangnya kembali. Sementara itu, kedua terduga kasus yaitu June Indria dan Henry Surya, telah divonis bebas.
Salah satu nasabah, Fransisca Fistanio, mengungkapkan dirinya bersama ibu dan anaknya mengalami kerugian total Rp 2,8 miliar. Ia mengaku tertarik untuk memilih deposito di KSP Indosurya pada Maret 2019, karena diimingi bunga yang sedikit lebih tinggi dari pada bank pada umum nya. Yakni return sekitar 8% sampai 10%, sesuai tenor yang dipilih (3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 36 bulan).
"Hampir 90% nasabah Indo Surya pilih Deposito, karena produk ini lah yang selalu ditawarkan oleh marketingnya. Kami semua tidak tahu kalau ISP adalah koperasi. Marketing Indosurya itu, recruit nasabah dari orang-orang yang bekerja di bank ternama, punya reputasi dan bagus pelayanannya. Sehingga korban tertarik untuk pindahin dana nya ke ISP," jelas Fransisca kepada CNBC Indonesia, Senin (30/1/2023).
Ia mengatakan sudah mendapat menerima bunga sebesar 2 kali selama periode 11 bulan, dengan besaran penerimaan sekitar Rp 40 juta. Sayangnya, belum setahun ia bergabung, kasus Indosurya gagal bayar mulai mencuat pada Februari 2020.
Sejak kasus ini mencuat, sudah banyak nasabah yang melakukan langkah hukum baik melalui kuasa hukum pribadi maupun secara kolektif dalam grup kecil. Fransisca mengatakan banyak juga korban yang vokal protes lewat media sosial, namun upaya mereka sampai sekarang masih nihil.
"Tidak ada satu pun yang berhasil mendapatkan uang nya kembali," ujarnya.
Sama halnya dengan Fransisca, nasabah lain yang bernama Christian mengaku tertarik untuk memilih deposito di ISP karena diimingi bunga yang lebih tinggi 2% dari bunga bank pada umumnya. Ia mulai berinvestasi di ISP pada tahun 2018 dan mengalami kerugian sebesar Rp 3 miliar.
"Bahkan sama obligasi pemerintah FR (fixed rate) atau reksadana pendapatan tetap saja bisa hampir sama, bedanya mereka dipotong pajak 10%, kalau deposito 20% dan obligasi 15%," jelas Christian kepada CNBC Indonesia, Senin (30/1/2023).
Selain itu, ia mengaku diyakinkan oleh nama Indosurya yang merupakan grup besar. Terlebih katanya, marketing ISP selalu mengatakan jika ada masalah yang terjadi, induk perusahaannya akan bertanggung jawab.
Christian mengaku semakin yakin dengan banyaknya kantor cabang ISP serta kantor pusat dengan gedung kepunyaan sendiri. Menurutnya, pelayanan mereka seperti kepada nasabah prioritas bank asing di mana pihak ISP datang ke rumah, bahkan menyediakan fasilitas antar jemput ke bandara. ISP juga disebut sering mengadakan acara perkumpulan nasabah. Sehingga tidak pernah terlintas di benaknya bahwa ISP kemudian mengalami gagal bayar.
[Gambas:Video CNBC]
Jreng! Keluarga Chef Arnold Ketipu Indosurya, Nilainya Segini
(dhf)