Longsor, Harga Batu Bara Jatuh ke Level Terendah 9 Bulan!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus longsor dan kini bergerak di level terendah dalam sembilan bulan terakhir. Pada perdagangan Selasa (24/1/2023), harga batu kontrak Februari di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 284,75 per ton. Harganya turun 1,81% dibandingkan hari sebelumnya.
Harga tersebut adalah yang terendah sejak 5 April 2022 atau lebih dari sembilan bulan terakhir.
Pelemahan harga batu bara kemarin juga memperpanjang tren negatif sang pasir hitam. Harga batu bara sudah melemah sejak Rabu pekan lalu (18/1/2023) atau dalam lima hari perdagangan beruntun.
Dalam periode lima hari tersebut, harga batu bara anjlok 13,7%.
Terus melandainya harga batu bara disebabkan sejumlah faktor, mulai dari turunnya permintaan hingga anjloknya harga gas. Ekspektasi akan terus melemahnya permintaan dan harga batu bara jenis thermal juga menyeret harga batu bara secara keseluruhan.
Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) ambruk 7,73% sehari ke posisi 58,27 euro per mega-watt hour (MWh) pada perdagangan kemarin. Harga tersebut adalah yang terendah sejak September 2021 atau sekitar 16 bulan terakhir.
Harga gas terus melandai karena pasokan dari Freeport Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan kembali mengguyur Eropa. Hal ini akan semakin memastikan pasokan gas di Benua Biru memadai.
Harga batu bara juga melandai karena masih lemahnya permintaan, terutama dari China. Sebagian besar warga China masih menikmati libur panjang Hari Raya Tahun Baru atau Imlek hingga 27 Januari 2023.
Libur panjang mengurangi aktivitas perkantoran dan pabrik di Tiongkok. Permintaan listrik dan batu bara pun akan melandai.
Tiongkok merupakan konsumen dan importir terbesar batu bara di dunia sehingga perkembangan di negara tersebut akan berdampak besar ke permintaan batu bara.
Harga batu bara juga melemah karena ekspektasi terus ambruknya harga batu bara jenis thermal.
Dibukanya kembali kesepakatan dagang China-Australia diperkirakan menaikkan permintaan batu bara jenis kokas. Sebaliknya, permintaan batu bara thermal akan terus menurun.
Australia merupakan eksportir terbesar untuk batu bara kokas atau metalurgi. Dilansir dari Reuters, harga batu bara kokas Australia di pasar future Singapura naik 21% sejak akhir tahun menjadi US$ 315,67 per ton.
Sebaliknya, harga batu bara thermal Newscastle turun 13% sejak akhir tahun lalu menjadi US$ 350,95. Batu bara thermal merupakan sumber energi pembangkit listrik sementara batu bara kokas banyak digunakan untuk industri baja.
Sejak Juni 2022 hingga akhir tahun, harga batu bara thermal ada di atas batu bara kokas karena pesatnya permintaan untuk pembangkit listrik.
Impor batu bara kokas China pada Desember 2022 sebesar 2,33 juta ton dan angkanya diperkirakan meningkat menjadi 2,6 juta ton pada Januari.
Australia kemungkinan akan mengekspor batu bara sebesar 92 ribu ton batu bara kokas ke China pada Januari. Angkanya akan meningkat menjadi 181 ribu ton pada Februari 2023.
Menurunnya permintaan batu bara thermal, terutama datang dari Eropa.
Indeks pengiriman Baltic Exchange menunjukkan indeks turun 2,6% ke 721, level terendahnya sejak 2,5 tahun terakhir. Indeks menghitung pengiriman vessel dan kargo berbagai komoditas, termasuk batu bara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)