
Mayday, Mayday! Harga Batu Bara Anjlok 12% Dalam 4 Hari

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terjun bebas dan terpental dari level psikologis US$ 300 per ton. Pada perdagangan awal pekan ini, Senin (23/1/2023), harga batu kontrak Februari di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 290 per ton. Harganya ambruk 4,4% dibandingkan perdagangan Jumat pekan lalu.
Harga tersebut adalah yang terendah sejak 10 November 2022 atau lebih dari dua bulan terakhir.
Pelemahan harga batu bara kemarin juga memperpanjang tren negatif sang pasir hitam. Harga batu bara sudah melemah sejak Rabu pekan lalu (18/1/2023) atau dalam empat hari perdagangan beruntun.
Dalam periode empat hari tersebut, harga batu bara anjlok 12%.
Harga batu bara memang terus melandai sejak awal tahun. Sepanjang tahun ini, harganya jatuh 25,6%.
Jika dihitung dari harga tertingginya pada 5 September 2022 (US$ 463,75 per ton) maka harga batu bara sudah ambles 37,5%
Ambruknya harga batu bara kemarin dipicu sejumlah faktor. Di antaranya adalah melandainya permintaan, anjloknya harga gas, serta hangatnya cuaca di Eropa.
Kendati demikian, permintaan dari Inggris kemungkinan akan meningkat sejalan dengan kebijakan negara tersebut untuk menghidupkan kembali tiga pembangkit batu bara mereka.
Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) melemah 1,34% sehari ke posisi 66 euro per mega-watt hour (MWh) pada perdagangan kemarin.
Melemahnya harga gas disebabkan oleh proyeksi akan lebih hangatnya cuaca pekan-pekan mendatang serta masih memadainya pasokan gas.
Dilansir dari The Guardian, suhu di sebagian besar Eropa akan berada 10 derajat di atas suhu normal selama beberapa tahun pada Januari tahun ini.
Hanya sebagian Eropa yang berjuang dengan musim dingin seperti di Inggris dan wilayah Balkan. Dengan suhu yang lebih hangat maka permintaan energi masih aman.
pasokan gas di Eropa rata-rata berada di atas 80%.
Batu bara juga melandai karena masih lemahnya permintaan pada awal tahun, terutama dari China.
Seperti diketahui, sebagian besar warga China masih menikmati libur panjang Hari Raya Tahun Baru atau Imlek hingga 27 Januari 2023.
Libur panjang mengurangi aktivitas perkantoran dan pabrik di Tiongkok. Permintaan listrik dan batu bara pun akan melandai.
Tiongkok merupakan konsumen dan importir terbesar batu bara di dunia sehingga perkembangan di negara tersebut akan berdampak besar ke permintaan batu bara.
Sementara itu, The Guardian melaporkan jika operator sistem kelistrikan Inggris (ESO) akan menghidupkan tiga pembangkitnya.
"Perkiraan kami, supply listrik akan ketat pada Senin pekan ini. Kami telah diminta untuk menghidupkan kembali pembangkit batu bara. Ini bukan berarti pasokan listrik ada dalam risiko besar tetapi hanya untuk berjaga-jaga," tutur ESO, dikutip dari The Guardian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
Next Article Video: Harga Batu Bara Terjun Bebas, Sinyal Bearish?