CNBC Indonesia Research

Harga Komoditas Tak Lagi Membara, RI Siap-Siap Merana?

mae, CNBC Indonesia
11 January 2023 14:02
Presiden Jokowi Resmikan Pabrik Smelter Nikel PT. GNI, Kab. Konawe, 27 Desember 2021
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Melandainya harga komoditas akan menggerus ekspor serta pendapatan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari komoditas, seperti di Kalimantan dan Sumatera.

Contoh paling nyata adalah apa yang terjadi di Kalimantan Timur pada 2010-2012.

Salah satu produsen utama batu bara tersebut tumbuh 5,04% saat masih terjadi booming komoditas pada 2010. Begitu harga komoditas anjlok, pertumbuhannya pun ambruk dari 3,9% pada 2011 dan 1,59% pada 2012.

Pengalaman serupa terjadi pada Riau yang merupakan kantong utama produsen minyak sawit mentah (CPO). Pada 2010, ekonomi Riau tumbuh 5,57% tetapi ambles menjadi 2,48% pada 2013.

Sinyal perlambatan ekspor sudah terasa pada November 2022 baik di Kalimantan Timur ataupun Riau.

Kalimantan Timur mencatatkan nilai ekspor sebesar US$ 3,12 miliar pada November 2022. Nilai tersebut turun 4,11% dibandingkan Oktober 2022 dan anjlok 5,57% dibandingkan November 2021 (year on year/yoy).

Penurunan ekspor secara tahunan ini adalah yang pertama kalinya sejak November 2021.

Sementara itu, nilai ekspor Riau pada November 2022 tercatat US$ 1,81 miliar. Nilai tersebut turun 9,69% dibandingkan bulan sebelumnya.

Nilai ekspor November 2022 adalah yang terendah sejak Mei 2022 atau saat pemerintah melarang ekspor CPO. Ekspor pertanian anjlok 15% pada November 2022.

Analis dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, mengatakan pelemahan harga komoditas akan berdampak cukup besar ke Indonesia.

"Terutama sawit dan batubara, yg merupakan andalan kita. Dampak lebih besar ke ekspor dulu, lalu dengan ekspor turun, konsumsi masyarakat juga turun," imbuh Rully.

Kekhawatiran melandainya daya beli sudah tercermin dari Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK).

Merujuk data Bank Indonesia, IKK pada Desember 2022 memang naik tipis menjadi 119,9. Namun, angkanya turun jauh  bila dibandingkan pada Agustus 2022 (124,7).
IKK pada provinsi-provinsi penghasil komoditas juga anjlok.

IKK di Samarinda, Kalimantan Timur, melandai dari 123,8 pada Agustus 2022 menjadi 113,8 pada Desember 2022.  IKK di kota Medan, Sumatera Utara, anjlok dari 101,9 pada Agustus menjadi 96,3 pada Desember.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular