CNBC Indonesia Research

Harga Komoditas Tak Lagi Membara, RI Siap-Siap Merana?

mae, CNBC Indonesia
11 January 2023 14:02
Pengapalan batu bara. (Dok: PLN)
Foto: Pengapalan batu bara. (Dok: PLN)

Semakin melandainya harga komoditas tidak bisa dilepaskan dari normalisasi pasar, memadainya pasokan, serta ancaman resesi.

Fitch Solutions pada Desember 2022 mengatakan kebijakan moneter ketat akan membuat pertumbuhan ekonomi global melambat pada 2023. Kondisi ini tentu saja berdampak pada harga komoditas.

"Pasar negara maju akan terdampak berat (oleh kebijakan moneter ketat). Kawasan Eropa akan menghadapi resesi yang menyakitkan sementara Amerika Serikat menghadapi resesi ringan. Dengan kondisi global seperti itu, permintaan komoditas akan tertahan," tutur Fitch.

Peringatan resesi sudah dikeluarkan puluhan lembaga/ institusi. Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan mengingatkan sepertiga ekonomi dunia akan mengalami resesi pada tahun ini.

Industry & Regional Analyst Bank Mandiri, Abrar Aulia, mengatakan harga CPO melandai karena ada normalisasi antara permintaan dan pasokan di pasar minyak nabati.

Sebagai catatan, harga CPO dan minyak nabati lainnya terbang setelah perang Rusia-Ukraina meletus pada akhir Februari 2022.

"Salah satu penyebab turunnya harga CPO adalah normalisasi supply and demand di pasar minyak nabati, termasuk CPO pada tahun 2023," tutur Abrar, kepada CNBC Indonesia.

Berdasarkan hitungan Bank Mandiri, harga batu bara pada tahun ini akan berada di kisaran US$ 168,8 per ton, jauh di bawah 2022 yang berada di angka  US$ 262,4 per ton.

Rata-rata harga CPO akan berada di kisaran US$ 891 per ton, anjlok dibandingkan 2022 yang berada di angka  US$ 1.207,7 per ton. Harga nikel akan melandai ke US$ 24.000 per ton pada 2023, melandai dibandingkan US$ 25.992 per ton pada 2022.

Harga karet akan berada di kisaran US$ 1,43 per kg pada 2023, lebih rendah dibandingkan pada 2022 yang berada di US$ 1,67 per kg.


(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular