Eropa Lepas dari Krisis Energi, Awas Harga Batu Bara Drop!
Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga batu bara diperkirakan masih akan melandai pekan ini. Melandainya harga terutama disebabkan oleh memadainya pasokan. Namun, harga batu bara kokas diperkirakan akan menguat.
Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (6/1/2023), harga batu bara kontrak Februari di pasar ICE Newcastle ditutup melandai 0,94% ke posisi US$ 368,5 per ton.
Secara keseluruhan, harga batu bara jatuh 5,42% dalam sepekan. Pelemahan tersebut berbanding terbalik dengan penguatan pada pekan lalu yang mencapai 4,99%. Dalam sebulan terakhir, harga batu bara ambruk 7,5% sementara dalam setahun masih melesat 123,31%.
Harga batu bara diperkirakan akan masih melandai pekan ini karena memadainya pasokan serta menurunnya perminataan batu bara serta gas. Lebih hangatnya suhu di Eorpa membuat pasokan gas memadai sehingga harganya turun. Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) anjlok 4% sehari pada penutupan perdagangan pekan lalu.
Gas merupakan sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya saling berpengaruh.
Rata-rata pasokan gas di Eropa kini ada di angka 83% dari kapasitas. Kondisi ini membuat Eropa yakin jika krisis energi yang mereka takutkan tidak terjadi.
Konsumsi gas di Eropa diperkirakan akan lebih rendah 16% pada tahun ini dibandingkan rata-rata dalam lima tahun sebelumnya. Pasalnya, Eropa juga kembali mengoperasikan pembangkit batu bara untuk menghasilkan listrik.
Lebih hangatnya suhu di Eropa juga membuat penggunaan listrik berkurang. Jerman melaporkan produksi listrik dari batu bara mereka turun 49% ke 440,3 Giga What (GWh) pada pelan lalu karena permintaannya berkurang.
"Kami sangat optimis jika kami tidak perlu mengkhawatirkan apa yang pernah terjadi pada musim gugur lalu. Semakin banyak pasokan gas di awal tahun maka semakin berkurang stress kami dan menekan biaya untuk pengisian gas untuk musim dingin mendatang," tutur Badan Jaringan Jerman Klaus Mueller, dikutip dari Reuters.
(mae/mae)