IHSG & Rupiah Anjlok Parah, Ada Apa Dengan Indonesia?

Baik David Sumual, Enrico Tanuwidjaja, dan Irman Faiz, mengungkapkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih akan melemah hingga kuartal II-2023, bahkan puncaknya bisa mendekati Rp 16.000/US$.
David mengungkapkan optimalisasi devisa hasil ekspor harus masuk ke Indonesia. Karena foreign direct investment (FDI) tercatat surplus pada tahun lalu.
"Ekspornya bagus banget, surplus US$ 50 miliar pada November dan bisa ke US$ 55 miliar pada Desember. Tapi surplus tidak mencerminkan adanya kenaikan cadangan devisa," jelas David.
Kalau ada optimalisasi DHE di tanah air, David optimistis rupiah bisa bergerak menguat ke rentang Rp 15.400 hingga Rp 15.500 per dolar AS.
Namun jika DHE tidak dioptimalkan dengan baik, nilai tukar rupiah bisa mencapai Rp 16.000 per dolar US$.
"Sejauh ini kalau ada optimalisasi hasil ekspor, range Rp 15.500 hingga Rp 16.000. Pasar akan melihat lagi kebijakan The Fed, jika mereda rupiah akan menguat dan mata uang di emerging market lainnya," jelas David.
Sementara itu, Enrico mengungkapkan pergerakan rupiah yang terjadi pada tahun ini adalah inverted V atau huruf V terbalik. Menjelang The Fed memuncak, dolar kemungkinan masih akan menguat.
"Itu berarti rupiah masih ada ruang gerak sedikit untuk depresiasi," jelas Enrico.
Kendati demikian, mendekati akhir semester I-2023 atau lebih cepat rupiah bisa kembali menguat. Dengan catatan BI masih akan menaikan suku bunga secara kumulatif 50 basis poin sampai kuartal I-2023.
Jika yield surat utang Indonesia masih menarik, tentu akan menarik dana asing masuk ke pasar keuangan tanah air.
"Contohnya di bonds market, memang ada exodus di equity, tapi untuk fix income dalam beberapa minggu belakangan ini, kita melihat adanya foreign inflows," jelas Enrico.
"Dan juga domestik seperti bank dan juga pension funds ini masih stay in di dalam pasar obligasi. Itu menurut kami trennya akan berlanjut. [...] Dengan kondisi makro eksternal yang baik, itu akan menarik tersendiri untuk forex fund," kata Enrico lagi.
Pelemahan rupiah, kata Enrico hingga kuartal I-2023 akan mencapai level Rp 15.800/US$, lalu memuncak pada kuartal II pada level Rp 15.900/US$. Namun hingga akhir tahun 2023, rupiah akan menguat ke level Rp 15.500.
"Rapi bentuknya inverted V dulu, masih ada chance melemah, karena dolar yang kuat. Jadi dia (rupiah) akan memuncak di kuartal II dan akan menguat dia," jelas Enrico.
Faiz memandang, otoritas moneter saat ini, perlu menjaga volatilitas pergerakan rupiah, sehingga nilai tukar bisa tetap stabil.
Melihat kebijakan makro ekonomi Indonesia yang masih cukup baik, Faiz memandang, suku bunga acuan BI akan memuncak pada akhir kuartal I-2023, sehingga investor asing akan mulai masuk pada akhir kuartal II-2023 hingga akhir tahun.
"Dengan syarat makro fundamental kita tetap terjaga. Kalau saya melihatnya rupiah dapat bergerak di level Rp 15.600 sampai Rp 15,700 (per dolar AS) di kuartal I-2023, dan Rp 15,700 - Rp 15,800 (per dolar AS) di kuartal II-2023. Baru menguat signifikan di semester II-2023," jelas Faiz.
(cap/cap)[Gambas:Video CNBC]
