Ngeri Resesi! IHSG Ambrol 2,6%, Rupiah Tak Mampu Menguat
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial dalam negeri bergejolak lagi pada perdagangan Kamis (5/1/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambrol 2,6%, rupiah yang awalnya menguat pun berbalik melemah tipis.
Melansir data Refinitiv. rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 15.605/US$ melemah 0,13% setelah sebelumnya sempat menguat ke Rp 15.540/US$.
Investor asing yang kabur dari pasar saham Indonesia membuat rupiah sulit menguat. Aksi jual bersih asing yang cukup besar senilai Rp 498,82 miliar terjadi di pasar reguler kemarin.
Kaburnya investor asing dari pasar saham RI sudah terjadi sejak Desember lalu, data pasar menunjukkan terjadi net sell hingga Rp 20,9 triliun. Jika ditambah dengan yang terjadi di awal tahun ini, nilainya menjadi lebih dari Rp 21 triliun.
Hal ini tentunya berbanding terbalik dengan yang terjadi di pasar obligasi. Sepanjang Desember tercatat ada inflow sebesar Rp 25 triliun, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.
Pada 2 dan 3 Januari 2023, inflow juga tercatat sebesar Rp 2,5 triliun, sehingga sejak Desember nilainya sebesar 27,5 triliun.
Pergerakan modal asing di pasar saham dan obligasi berlawan arah sejak awal tahun lalu. Ketika inflow terjadi di pasar saham, obligasi justru terjadi outflow yang masif. Kini, kebalikannya terjadi, rupiah pun menjadi kesulitan menguat.
Isu resesi dunia membuat pasar finansial bergejolak. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) bahkan memprediksi sepertiga dunia akan mengalaminya.
"Kami memperkirakan sepertiga dari ekonomi dunia akan berada dalam resesi," kata Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF kepada CBS, dikutip Reuters, Senin (2/1/2023).
Mesin utama pertumbuhan yaitu Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China, semuanya mengalami aktivitas yang melemah.
"Tahun 2023 akan lebih sulit dari tahun lalu karena ekonomi AS, Uni Eropa dan China akan melambat", pungkasnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)