CNBC Indonesia Research
YouTube Akan Luncurkan Courses, Ruangguru Cs Bisa Tamat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama ini banyak warganet yang telah menjadikan mesin pencari Google dan aplikasi streaming video YouTube sebagai 'bangku kuliah' untuk memperoleh ilmu gratis di internet. Saat ini, YouTube dan induk perusahaan dikabarkan akan segera memanfaatkan pasar tersebut untuk meluncurkan layanan baru yang diberi nama Courses.
Courses atau yang dalam terjemahan bebas berarti kursus merupakan layanan teknologi di bidang pendidikan (edtech) yang dikembangkan Google untuk menjaring para pengajar dan pembelajar. Dengan platform raksasa, YouTube akan mencoba menantang para pemain lama di pasar edtech yang kian hari kian besar. Layanan ini dikabarkan pertama kali akan diluncurkan di India awal tahun ini, kemudian disusul di negara Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Dilansir TechCrunch, pada konferensi tahunannya di India pertengahan Desember lalu, Google meluncurkan Courses, sebuah fitur yang berupaya menghadirkan pengalaman belajar terstruktur di YouTube.
Google membeberkan bahwa para guru akan dapat mempublikasikan dan mengatur video mereka serta menyediakan bahan bacaan teks dan pertanyaan langsung di aplikasi video. Mereka juga akan diizinkan untuk menawarkan konten secara gratis atau membebankan biaya.
Layanan yang disediakan Courses sendiri akan mencakup mata pelajaran akademik serta minat kejuruan atau vokasi. Pemirsa yang membeli Courses akan dapat menonton video tanpa iklan.
Diwartakan India Today, Direktur Regional YouTube Asia Pasifik, Ajay Vidyasagar, menyebut bahwa perusahaan ingin memberikan lebih banyak peluang monetisasi kepada pembuat konten dengan Courses yang akan segera hadir.
Ancaman Bagi Ruangguru dkk?
Courses sendiri saat ini masih belum diluncurkan dan masih ditargetkan hadir di tiga negara. Meski demikian, YouTube yang memiliki jangkauan global, bukan tidak mungkin akan memperluas layanan ini ke banyak negara lain apabila proyek pertama di India berhasil.
Laporan lembaga riset Technavio menyebut pasar edtech tumbuh dengan CAGR 17,79% dan diperkirakan akan mencatat peningkatan bertahap sebesar US$ 133,05 miliar antara tahun 2021 dan 2026.
Saat ini meski memiliki sejumlah startup raksasa yang namanya falimiar di telinga, pasar edtech Indonesia masih kalau jauh dibandingkan dengan India, China dan AS.
Lanskap edtech RI pun masih dipenuhi oleh perusahaan rintisan, dengan satu calon emiten bimbel pertama, PT Lavender Bina Cendikia, sedang melaksanakan penawaran umum perdana (IPO) selama 2-4 Januari 2023 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Teranyar, jajaran perusahaan rintisan edtech ternama di Indonesia termasuk Zenius, Pahamify, Binar Academy dan tentu yang paling besar Ruangguru. Perusahaan yang disebutkan terakhir sebelumnya dikabarkan sedikit lagi valuasinya akan mencapai level unicorn atau setara dengan US$ 1 miliar apabila memperoleh putaran pendanaan terbaru. Tidak diketahui pasti dalam kondisi 'musim dingin' sektor teknologi dan juga startup, investor serta para pendiri tetap mempertahankan atau memangkas valuasi perusahaan.
Mengutip data Crunchbase, Ruangguru diketahui telah menggalang US$ 205,1 juta atau setara dengan Rp 3,18 triliun dana investor. Perusahaan yang didirikan oleh Iman Usman dan Belva Devara tersebut juga masih belum membocorkan rencana IPO.
Dilaporkan Tech In Asia, Ruangguru disebut telah mencatatkan laba operasional sebesar US$ 1,8 juta pada tahun 2020, dengan jumlah karyawan melonjak 25% dibandingkan akhir 2019 menjadi 5.000 orang.
Meski demikian capaian tersebut bisa jadi menyesatkan karena perusahaan tidak membuka lebih jauh sumber pendapatan yang naik 50% di tahun 2020. Pasalnya pada tahun pandemi tersebut pemerintah RI melangsungkan program Prakerja untuk membantu masyarakat yang kehilangan pekerjaan. Ruangguru sendiri merupakan salah satu vendor utama dengan kursus yang ditawarkan oleh Skill Academy menjadi salah satu yang paling banyak diserbu peserta.
Saat ini tidak diketahui pasti kondisi kas dan kinerja perusahaan karena sifatnya yang tertutup. Akan tetapi perusahaan telah mengumumkan PHK atas ratusan karyawannya yang berati kondisi finansial perusahaan masih jauh dari kata prima.
Senada dengan Ruangguru, edtech ternama yang sebelumnya disebutkan juga telah melangsungkan pemutusan hubungan kerja. Binar Academy melakukan PHK terhadap 20% karyawannya, Zenius mengkonfirmasi pemutusan hubungan kerja dengan 200 karyawan dan Pahamify juga telah melakukan PHK meski besaran angkanya tidak diungkapkan lebih lanjut.
Model Bisnis Dikritik Profesor UI, Perusahaan Bisa Bertahan Lama?
PHK masal di sektor teknologi, khususnya yang dilakukan oleh edtech ikut membuat pengamat dan Guru Besar Universitas Indonesia angkat bicara. Dalam unggahan video di YouTube bertajuk "Menjelang Hari Guru, Ruangguru PHK Massal", Rhenald Kasali menyampaikan keprihatinannya serta kritikan terhadap masalah yang dialami sejumlah edtech.
Dalam video tersebut Rhenald meragukan alasan utama PHK Ruanggguru adalah karena tekanan perekonomian global. Dirinya juga menantang eksekutif perusahaan rintisan tersebut untuk membeberkan laporan keuangan, apabila memang alasan yang diungkapkan benar.
Skeptisisme tersebut muncul karena menurut pandangannya, Ruangguru masih menjalankan model bisnis tidak lagi relevan saat ini. Rhenald menduga salah satu alasan mengapa Ruangguru dan sejumlah emiten teknologi lain harus melakukan PHK adalah karena praktik bakar uang yang berlebihan.
Selain itu Guru Besar UI tersebut juga menyebut model bisnis yang saat ini dilakukan Ruangguru tidak berkelanjutan, dengan potensi pendapatan berulang yang sangat terbatas.
"Ruangguru produknya menurut saya memang agak kurang sustain. Bayangkan siapa yang mau kursus dan kemudian berkelanjutan," ungkap Rhenald dalam video di Instagram pribadinya.
Rhenald juga mengatakan saat ini banyak pelatihan-pelatihan seperti yang dimiliki Ruangguru tersedia secara gratis, yang artinya jumlah kompetitor Ruangguru tidak terbatas.
Sementara itu, selain inflasi dan suku bunga tinggi yang jadi kambing hitam, Belva juga menyebut rekrutmen yang terlalu banyak dan cepat dalam dua tahun terakhir membuat PHK menjadi jalan keluar utama.
Meski demikian, pasca pengumuman PHK, Belva dalam unggahan Instagramnya masih menyiratkan optimisme bagi Ruangguru ke depannya. Belva dengan bangga mengungkapkan bahwa Ruangguru masih menjadi platform belajar online terbesar dan terus melakukan inovasi pasca pandemi.
Belva juga mengungkapkan bahwa manajemen Ruangguru sangat optimis dengan prospek dan posisi unik yang dimiliki oleh perusahaan di sektor teknologi pendidikan di Indonesia.
Walau memiliki optimisme tinggi, lanskap tersebut dapat saja berubah apabila YouTube membuka layanan sejenis di Indonesia. Hal ini akan memperparah kondisi suram edtech RI jika tidak sigap menyiapkan strategi potensi gempuran dari perusahaan teknologi raksasa dunia.
Akan tetapi, di sisi lain, masih belum pasti apakah YouTube Courses akan diluncurkan di Indonesia. Selain itu masih belum jelas juga model bisnis apa yang disasar, apakah lebih mirip dengan yang ditawarkan Binar Academy atau malah ikut agresif bergerilya di bisnis bimbingan belajar seperti Zenius.
Semua hal tersebut saat ini memang masih bersifat spekulatif, akan tetapi tidak ada salahnya bagi perusahaan edtech membangun bunker bawah tanah untuk menghadapi badai besar, karena payung saja hanya dapat digunakan kala hujan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Ini Dia Pemilik Instagram Hingga TikTok, Medsos Kesayangan RI
(fsd)