CNBC Indonesia Research

Lebih Kecil, Segini Utang yang Ditarik Jokowi di 2022

Maesaroh, CNBC Indonesia
08 December 2022 11:30
Duh Rupiah! Awal Tahun Rp 14.200/US$, Kini Rp 15.600/US$
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah menerbitkan utang senilai Rp 854, 87 triliun hingga Selasa (6/12/2022). Penawaran yang masuk sepanjang tahun ini menembus Rp 1.785,02 triliun.

Jumlah utang masih akan bertambah karena pemerintah akan memenuhi sisa target Surat Keputusan Bersama (SKB) III dengan Bank Indonesia senilai Rp 128,6 triliun. Artinya, penerbitan utang tahun ini bisa mencapai Rp 983,47 triliun.

Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan pada dua tahun sebelumnya. Penerbitan utang (bruto) mencapai Rp 1.541,3 triliun pada 2020 dan Rp 1.352,8 triliun pada 2021. Namun, tetap lebih besar dibandingkan periode pra-pandemi seperti pada 2019 yang tercatat Rp 921,5 triliun.

Utang sebesar Rp 854,87 triliun diserap melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), private placement, maupun bookbuilding pada penerbitan SBN berdenominasi valuta asing (valas).
Termasuk dalam utang tersebut adalah obligasi ritel yang dijual kepada masyarakat umum.


Utang yang ditarik melalui lelang SBN pada 2022 mencapai Rp 583,23 triliun rupiah dengan total penawaran menembus Rp 1.511,64 triliun.

Pada penerbitan Surat Utang Negara (SUN) secara regular, rata-rata penawaran yang masuk mencapai Rp 43,21 triliun. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan pada 2021 yakni sekitar Rp 70 triliun dan sebesar Rp 75 triliun pada 2020.

Rata-rata utang yang diserap dalam penerbitan SUN regular tahun ini mencapai Rp 16,76 triliun. Jumlah tersebut jauh di bawah tahun 2021 yang ada di angka Rp 26 triliun dan 2020 yang tercatat Rp 22,36 triliun.
Pemerintah bahkan mengganti target indikatif beberapa kali karena penawaran yang datang semakin mengecil.

Pada awal tahun, target indikatif ditetapkan sebesar Rp 25-37,5 triliun kemudian diturunkan menjadi Rp 20-30 triliun. Pada Juli 2022, target indikatif sudah diturunkan menjadi Rp 15-22 triliun tetapi kemudian juga dikurangi menjadi Rp 10-15 triliun.

Penawaran yang datang pada lelang turun drastis sejak bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memberlakukan kebijakan moneter yang agresif.

Penawaran tertinggi pada lelang SUN regular tahun ini tercatat Rp 84,84 triliun yakni pada lelang kedua tanggal 18 Januari. Penawaran terkecil tercatat pada lelang tanggal 11 Oktober 2022 yakni Rp 15 triliun. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak 8 Mei 2018 atau empat tahun lebih.

Seperti diketahui, lelang SUN tanggal 11 Oktober dilakukan di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi global, lonjakan inflasi dalam negeri, serta pernyataan hawkish The Fed yang mengatakan tetap akan menaikkan suku bunga secara agresif.

Sebagai catatan, jumlah penawaran tertinggi pada lelang SUN regular 2021 menyentuh Rp 116,11 triliun sementara pada 2020 tercatat Rp 127,12 triliun.

Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan pada lelang tahun ini juga meningkat drastis dari awal hingga akhir tahun sejalan dengan ketidakpastian global.

Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan pada seri benchmark tenor 10 tahun hanya berada di 6,26% pada lelang Januari. Namun, yield meningkat menjadi 6,97% pada lelang terakhir 6 Desember. Pada lelang 11 Okotber, yield rata-rata tetrimbang yang dimenangkan pada seri benchmark bahkan menyentuh 7,37%.

Total penawaran yang masuk dari investor asing pada lelang SUN pada 2022 juga jauh lebih kecil dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Kebijakan hawkish The Fed membuat investor asing lebih memilih membeli aset aman berupa dolar AS. Keputusan Bank Indonesia yang menahan suku bunga hingga Juli juga menjadi salah satu faktornya.

Sepanjang 2022, pemerintah hanya menerima penawaran sebesar Rp 136, 32 triliun dari investor asing atau rata-rata mencapai Rp 5,6 triliun per lelang.
Dari 24 lelang SUN, pemerintah hanya menerima penawaran dari investor asing di atas Rp 10 triliun sebanyak dua kali.

Jumlah utang yang diserap dari investor asing pada lelang SUN tahun ini juga hanya mencapai Rp 56,04 triliun atau rata-rata Rp 2,33 triliun.  Pemerintah bahkan hanya mampi menyerap utang sebesar Rp 262, 71 miliar dari investor asing pada lelang 27 September. Pasalnya, yield yang diminta sangat tinggi.

Sebagai catatan, penawaran dari investor asing pada 2021 mencapai Rp 205,51 triliun sementara pada 2020 mencapai Rp 298,34 triliun.

Rata-rata penawaran yang datang dari investor asing pada 2021 mencapai Rp 9,34 triliun dan yang diambil mencapai Rp 3,31 triliun. Sementara itu, rata-rata penawaran asing yang masuk pada 2020 mencapai Rp 12,4 triliun dan yang diserap mencapai Rp 3,46 triliun.

Reny Eka Putri, Senior Quantitative Analyst (Senior Analis) Bank Mandiri memperkirakan tantangan dalam penerbitan SBN pada tahun depan tidak sebesar pada 2022. Melandainya inflasi serta pelonggaran kebijakan moneter di sejumlah negara akan membuat tekanan pada pasar SBN jauh berkurang.

"Kami perkirakan (SBN) masih akan menarik sebagai salah satu pilihan investasi di tengah perlambatan ekonomi global yang masih terjadi. Tekanan terhadap yield SBN kami perkirakan juga akan terbatas," tutur Reny, kepada CNBC Indonesia.

Namun, dia mengingatkan pelaku pasar tetap harus mewaspadai 'black swan' yang dapat terjadi seperti gejolak geopolitik yang dapat menimbulkan supply chain disruption. Kondisi ini akan membuat inflasi kembali meningkat sehingga dapat menimbulkan kenaikan suku bunga acuan dan capital flight.

 TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular