
Lebih Kecil, Segini Utang yang Ditarik Jokowi di 2022

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah menerbitkan utang senilai Rp 854, 87 triliun hingga Selasa (6/12/2022). Penawaran yang masuk sepanjang tahun ini menembus Rp 1.785,02 triliun.
Jumlah utang masih akan bertambah karena pemerintah akan memenuhi sisa target Surat Keputusan Bersama (SKB) III dengan Bank Indonesia senilai Rp 128,6 triliun. Artinya, penerbitan utang tahun ini bisa mencapai Rp 983,47 triliun.
Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan pada dua tahun sebelumnya. Penerbitan utang (bruto) mencapai Rp 1.541,3 triliun pada 2020 dan Rp 1.352,8 triliun pada 2021. Namun, tetap lebih besar dibandingkan periode pra-pandemi seperti pada 2019 yang tercatat Rp 921,5 triliun.
Utang sebesar Rp 854,87 triliun diserap melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), private placement, maupun bookbuilding pada penerbitan SBN berdenominasi valuta asing (valas).
Termasuk dalam utang tersebut adalah obligasi ritel yang dijual kepada masyarakat umum.
Utang yang ditarik melalui lelang SBN pada 2022 mencapai Rp 583,23 triliun rupiah dengan total penawaran menembus Rp 1.511,64 triliun.
Pada penerbitan Surat Utang Negara (SUN) secara regular, rata-rata penawaran yang masuk mencapai Rp 43,21 triliun. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan pada 2021 yakni sekitar Rp 70 triliun dan sebesar Rp 75 triliun pada 2020.
Rata-rata utang yang diserap dalam penerbitan SUN regular tahun ini mencapai Rp 16,76 triliun. Jumlah tersebut jauh di bawah tahun 2021 yang ada di angka Rp 26 triliun dan 2020 yang tercatat Rp 22,36 triliun.
Pemerintah bahkan mengganti target indikatif beberapa kali karena penawaran yang datang semakin mengecil.
Pada awal tahun, target indikatif ditetapkan sebesar Rp 25-37,5 triliun kemudian diturunkan menjadi Rp 20-30 triliun. Pada Juli 2022, target indikatif sudah diturunkan menjadi Rp 15-22 triliun tetapi kemudian juga dikurangi menjadi Rp 10-15 triliun.
Penawaran yang datang pada lelang turun drastis sejak bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memberlakukan kebijakan moneter yang agresif.
Penawaran tertinggi pada lelang SUN regular tahun ini tercatat Rp 84,84 triliun yakni pada lelang kedua tanggal 18 Januari. Penawaran terkecil tercatat pada lelang tanggal 11 Oktober 2022 yakni Rp 15 triliun. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak 8 Mei 2018 atau empat tahun lebih.
Seperti diketahui, lelang SUN tanggal 11 Oktober dilakukan di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi global, lonjakan inflasi dalam negeri, serta pernyataan hawkish The Fed yang mengatakan tetap akan menaikkan suku bunga secara agresif.
Sebagai catatan, jumlah penawaran tertinggi pada lelang SUN regular 2021 menyentuh Rp 116,11 triliun sementara pada 2020 tercatat Rp 127,12 triliun.
Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan pada lelang tahun ini juga meningkat drastis dari awal hingga akhir tahun sejalan dengan ketidakpastian global.
Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan pada seri benchmark tenor 10 tahun hanya berada di 6,26% pada lelang Januari. Namun, yield meningkat menjadi 6,97% pada lelang terakhir 6 Desember. Pada lelang 11 Okotber, yield rata-rata tetrimbang yang dimenangkan pada seri benchmark bahkan menyentuh 7,37%.