Cadev Naik, Rupiah Sukses Libas Dolar AS!

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah sukses menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Rabu (07/12/2022). Meski, perbankan ternama di AS memperingatkan adanya resesi yang akan terjadi, membuat dolar AS kian diburu.
Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan rupiah terapresiasi 0,1% ke Rp 15.600/US$. Kemudian, rupiah melanjutkan penguatannya menjadi 0,13% ke Rp 15.595/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Berita kurang baik datang dari Negeri Paman Sam, perbankan ternama seperti JPMorgan Chase dan Bank of America, tengah bersiap untuk ekonomi yang memburuk tahun depan karena inflasi mengancam permintaan konsumen.
JPMorgan Chase Jamie Dimon mengatakan bahwa konsumen dan perusahaan berada dalam kondisi yang baik, tapi mencatat bahwa mungkin tidak akan bertahan lebih lama karena ekonomi melambat dan inflasi mengikir daya beli konsumen.
"Hal-hal itu mungkin sangat menggagalkan ekonomi dan menyebabkan resesi ringan hingga berat yang dikhawatirkan orang," tuturnya.
Konsumen memiliki penghematan lebih dari $1,5 triliun dari program stimulus pandemi, tetapi mungkin akan habis pada pertengahan 2023. Dimon juga mengatakan Federal Reserve mungkin berhenti selama tiga sampai enam bulan setelah menaikkan suku bunga acuan menjadi 5%, tapi itu mungkin "tidak cukup" untuk mengekang inflasi yang tinggi.
Senada, CEO Bank of America Brian Moynihan mengatakan bahwa berdasarkan penelitian bank menunjukkan "pertumbuhan negatif" pada bagian pertama tahun 2023, tetapi kontraksi akan "ringan".
Biaya perbankan investasi pemberi pinjaman mungkin akan turun 55% hingga 60% pada kuartal keempat dari tahun sebelumnya, sementara pendapatan perdagangan kemungkinan akan naik 10% hingga 15%, kata Moynihan.
Beberapa analis pun melihat katalis tersebut kian membuat investor memburu dolar AS, sehingga membuat dolar AS menguat di pasar spot.
Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS menguat 0,02% ke posisi 105,59.
"Kami telah memperkirakan resesi di AS, Inggris, zona Euro, dan Jepang... itu bagian dari dasar kami," kata Kepala Ekonomi Internasional dan berkelanjutan di Commonwealth Bank of Australia Joseph Capurso.
"(Itu) akan memberikan lebih banyak dukungan kepada dolar AS, sebagai mata uang safe-haven," tambahnya.
Sementara, katalis positif kembali berhembus dari Tanah Air. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2022 sebesar US$ 134 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Oktober 2022 senilai US$ 130,2 miliar.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan peningkatan posisi cadangan devisa pada November 2022 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penerimaan devisa migas.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 5,9 bulan impor atau 5,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tegas Erwin dalam siaran pers, Rabu (7/12/2022).
Meski indeks dolar AS menguat tipis di pasar spot, tapi mayoritas mata uang di Asia tertekan. Di mana ringgit Malaysia terkoreksi paling tajam sebesar 0,23%, di susul oleh dolar Hong Kong tertekan 0,11%.
Sementara, baht Thailand dan yuan China sukses menjadi pemimpin penguatan di Asia, di mana menguat yang masing-masing sebesar 0,26% dan 0,17% di hadapan si greenback.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Rupiah Masih Mending, Mata Uang Ini Anjloknya Paling Parah!
(aaf/aaf)