Macro Insight

Harap-Harap Cemas Menunggu Kebijakan China

Maesaroh, CNBC Indonesia
05 December 2022 13:15
Sekelompok pengunjuk rasa mengadakan pertemuan di Seoul pada 30 November 2022, untuk mendukung demonstrasi yang diadakan di China atas pembatasan Covid-19 Beijing.
Foto: Sekelompok pengunjuk rasa mengadakan pertemuan di Seoul pada 30 November 2022, untuk mendukung demonstrasi yang diadakan di China atas pembatasan Covid-19 Beijing. (Getty Images/ANTHONY WALLACE)

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas di sejumlah wilayah China mulai melonggarkan kebijakan Covid-19 setelah aksi protes menentang kebijakan zero Covid-19 berlangsung di sejumlah kota.

Warga Zhengzhou dan Shanghai kini tidak diwajibkan untuk menunjukkan hasil tes negatif Covid-19 untuk bepergian dengan menggunakan transportasi umum, termasuk taksi.
Bar, tempat karaoke, café berinternet, dan salon kecantikan diizinkan untuk buka kembali di Zhenzhou tetapi masih harus menunjukkan hasil tes Covid 48 jam terakhir.
Zhengzhou merupakan pusat pabrik Apple di Negara Tirai Bambu.

Pemerintah Wuhan juga membatalkan tes masal di subway pada akhir pekan lalu.

China melaporkan tambahan kasus Covid-19 lokal sebanyak 30.889 pada Sabtu (3/12/2022). Jumlah tersebut turun dibandingkan sehari sebelumnya yang tercatat 32.206.




Pelonggaran pembatasan Covid-19 diharapkan bisa dilakukan lebih luas karena banyaknya desakan dan protes. Ekonom-ekonom di Negara Tirai Bambu mendesak pemerintahnya untuk melonggarkan kebijakan agar perekonomian China berjalan lebih cepat.

Wakil Perdana Menteri China Sun Chunlan juga mengisyaratkan pelonggaran pembatasan. Dikutip dari South China Morning Post, Chunlan mengatakan jika sifat patogenik Omicron sudah melemah.
Pelonggaran kebijakan di China akan berdampak besar terhadap perekonomian global mengingat China adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.

Ekonomi China memang tumbuh 3,9% (yoy) pada kuartal III-2022. Namun, Produk Domestik Bruto (PDB) Negara Tirai Bambu kemungkinan akan melandai setelahnya. Nomura telah memangkas pertumbuhan ekonomi China untuk 2023 menjadi 4%, dari 4,3% pada proyeksi sebelumnya.

Bagi Indonesia, pelonggaran pembatasan akan menjadi katalis positif mengingat peran strategis China dalam sektor perdagangan dan investasi.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor non-migas Indonesia ke Beijing menembus US$ 6,25 miliar sementara impor menembus US$ 5,2 miliar pada Oktober 2022. Dengan demikian, ada surplus pada neraca perdagangan non-migas sebesar US$ 1,045 miliar pada bulan lalu.

Nilai ekspor non-migas ke China melesat 1,50% (month to month/mtm) dan 5,5% (year on year/yoy).

Surplus pada Oktober 2022 bahkan hampir tiga kali lipat dibandingkan yang tercatat pada September 2022 yakni US$ 462,1 juta.


Negara Tirai Bambu adalah pasar terbesar untuk sejumlah komoditas Indonesia mulai dari besi/baja, nikel dan feronikel, hingga batu bara.

Impor batu bara China pada Oktober 2022 menembus 29,18 juta ton. Sebanyak 17,96 juta ton atau 60% dikirim dari Indonesia. Jumlah tersebut memang turun 13% dibandingkan September 2022 tetapi melonjak 15% dibandingkan Oktober 2021.

Data BPS juga menunjukkan ekspor besi dan baja ke China pada Oktober 2022 menyentuh US$ 1,68 miliar. Jumlah tersebut setara dengan 73% dari total ekspor besi baja Indonesia. Secara keseluruhan, nilai ekspor Januari-Oktober US$ 11,84 miliar atau naik 0,84%.

Nilai perdagangan atau ekspor-impor non-migas China-Indonesia hingga Januari-Oktober 2022 menembus US$ 106,97 miliar. Nilai tersebut sudah melewati pencapaian pada seluruh tahun 2021.
Namun,  ekspor Indonesia dikhawatirkan melandai karena kebijakan lockdown serta pembatasan mobilitas.

PMI Manufaktur China berada di bawah 50 atau tidak ekspansif selama empat bulan beruntun. Impor bijih basa mereka juga diperkirakan melandai 2% pada 2022 menjadi 1,102 miliat ton.

China juga menjadi salah satu investor terbesar untuk Indonesia. Pada kuartal III-2022, China menjadi investor asing terbesar kedua dengan nilai investasi mencapai US$ 1,6 miliar dengan 1.159 proyek. Mereka hanya kalah dari Singapura di tempat pertama.

Investasi China pada Januari-September 2022 tercatat US$ 5,2 miliar, hanya kalah dari Singapura di tempat teratas.

Realisasi investasi asingFoto: BKPM
Realisasi investasi asing

 

Dari dalam negeri, laju inflasi pada November 2022 menimbulkan harapan dan pertanyaan. Inflasi tercatat 5,42% (yoy) pada November 2022 dari 5,71% (yoy) pada Oktober 2022. Secara bulanan (mont to month/mtm), inflasi pada November tercatat 0,09%. Inflasi inti turun tipis menjadi 3,30 % (yoy) pada November dari 3,31% pada Oktober.

Melandainya inflasi pada November menunjukkan jika dampak kenaikan harga BBM pada awal September lebih rendah dibandingkan proyeksi awal/ 

Secara historis, kenaikan harga BBM akan melambungkan inflasi melalui dampak langsung (first round effect) dan dampak lanjutan (second round effect). Dampak lanjutan kenaikan harga BBM Subsidi biasanya memicu inflasi yang lebih besar pada sebulan setelah pengumuman.

Misalnya, harga BBM subsidi kembali dinaikkan 18 November 2014 rata-rata dinaikkan 33,57%. Pada November 2014, inflasi tercatat 1,50% sementara pada Desember menyentuh 2,46%.

Namun, kondisi berbeda pada tahun ini. Inflasi memang sempat meroket 1,17% (mtm) dan 5,95% (yoy) pada September 2022. Namun, pada Oktober langsung terjadi deflasi  0,11% (mtm) dan secara tahunan melandai menjadi 5,71%. Artinya, inflasi tinggi hanya terjadi pada September.

Dampak inflasi yang lebih rendah terjadi karena kenaikan harga BBM dilakukan di saat Indonesia memasuki periode inflasi rendah. Tidak adanya faktor pemicu musiman seperti Lebaran dan musim ajaran baru membuat dampak inflasi pasca kenaikan harga BBM menjadi terbatas. 

Inflasi kelompok volatile juga dalam tren pelemahan karena harga bahan pangan pada Oktober-November 2022 relatif terkendali. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi Januari-Juli 2022 di mana inflasi kelompok volatile melambung karena  kenaikan harga cabai hingga rawit.

Melandainya inflasi pada November 2022 menjadi harapan jika Bank Indonesia akan mengerem kebijakan moneter agresifnya. Bank Indonesia sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 175 bps dalam empat bulan terakhir menjadi 5,25%.

Namun, melandainya inflasi inti bisa menjadi sinyal jika permintaan Indonesia akan melemah ke depan. Survei penjualan eceran Bank Indonesia menunjukkan indeks penjualan riil pada Oktober 2022 hanya akan tumbuh 4,5%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular