Harap-Harap Cemas Menunggu Kebijakan China
Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas di sejumlah wilayah China mulai melonggarkan kebijakan Covid-19 setelah aksi protes menentang kebijakan zero Covid-19 berlangsung di sejumlah kota.
Warga Zhengzhou dan Shanghai kini tidak diwajibkan untuk menunjukkan hasil tes negatif Covid-19 untuk bepergian dengan menggunakan transportasi umum, termasuk taksi.
Bar, tempat karaoke, café berinternet, dan salon kecantikan diizinkan untuk buka kembali di Zhenzhou tetapi masih harus menunjukkan hasil tes Covid 48 jam terakhir.
Zhengzhou merupakan pusat pabrik Apple di Negara Tirai Bambu.
Pemerintah Wuhan juga membatalkan tes masal di subway pada akhir pekan lalu.
China melaporkan tambahan kasus Covid-19 lokal sebanyak 30.889 pada Sabtu (3/12/2022). Jumlah tersebut turun dibandingkan sehari sebelumnya yang tercatat 32.206.
Pelonggaran pembatasan Covid-19 diharapkan bisa dilakukan lebih luas karena banyaknya desakan dan protes. Ekonom-ekonom di Negara Tirai Bambu mendesak pemerintahnya untuk melonggarkan kebijakan agar perekonomian China berjalan lebih cepat.
Wakil Perdana Menteri China Sun Chunlan juga mengisyaratkan pelonggaran pembatasan. Dikutip dari South China Morning Post, Chunlan mengatakan jika sifat patogenik Omicron sudah melemah.
Pelonggaran kebijakan di China akan berdampak besar terhadap perekonomian global mengingat China adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.
Ekonomi China memang tumbuh 3,9% (yoy) pada kuartal III-2022. Namun, Produk Domestik Bruto (PDB) Negara Tirai Bambu kemungkinan akan melandai setelahnya. Nomura telah memangkas pertumbuhan ekonomi China untuk 2023 menjadi 4%, dari 4,3% pada proyeksi sebelumnya.
Bagi Indonesia, pelonggaran pembatasan akan menjadi katalis positif mengingat peran strategis China dalam sektor perdagangan dan investasi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor non-migas Indonesia ke Beijing menembus US$ 6,25 miliar sementara impor menembus US$ 5,2 miliar pada Oktober 2022. Dengan demikian, ada surplus pada neraca perdagangan non-migas sebesar US$ 1,045 miliar pada bulan lalu.
Nilai ekspor non-migas ke China melesat 1,50% (month to month/mtm) dan 5,5% (year on year/yoy).
Surplus pada Oktober 2022 bahkan hampir tiga kali lipat dibandingkan yang tercatat pada September 2022 yakni US$ 462,1 juta.
Negara Tirai Bambu adalah pasar terbesar untuk sejumlah komoditas Indonesia mulai dari besi/baja, nikel dan feronikel, hingga batu bara.
Impor batu bara China pada Oktober 2022 menembus 29,18 juta ton. Sebanyak 17,96 juta ton atau 60% dikirim dari Indonesia. Jumlah tersebut memang turun 13% dibandingkan September 2022 tetapi melonjak 15% dibandingkan Oktober 2021.
Data BPS juga menunjukkan ekspor besi dan baja ke China pada Oktober 2022 menyentuh US$ 1,68 miliar. Jumlah tersebut setara dengan 73% dari total ekspor besi baja Indonesia. Secara keseluruhan, nilai ekspor Januari-Oktober US$ 11,84 miliar atau naik 0,84%.
(mae/mae)