
EV Makin Ramai, Bisakah SLIS Jadi Pemimpin Defacto?

Sebagai early adopter bisnis kendaraan listrik, sejatinya SLIS disambut dengan karpet merah. Apalagi mengingat perusahaan berfokus pada kendaraan roda dua, yang mana merupakan moda transportasi utama di Republik Indonesia. Apabila revolusi kendaraan listrik terjadi di dalam negeri, tentu pemantik utamanya akan datang dari segmen roda dua, mengingat segmen ini diharpakan menjadi yang pertama dan paling utama mengalami elektrifikasi.
Akan tetapi SLIS tampaknya gagal memanfaatkan keunggulan kompetitif ini, pasalnya kini perusahaan harus bersaing dengan sejumlah kompetitor yang didanai konglomerat bisnis raksasa dengan kantong lebih tebal.
Kondisi modal terbatas ditambah daya beli masyarakat rendah membuat nasib SLIS untuk menjadi pemimpin utama kian menggantung. Namun, nasib ini dapat segera berbalik arah ke semua sis, menjadi lebih baik atau lebih buruk.
Selain gelaran right issue, sentimen lain yang dapat mendongkrak kinerja perusahaan datang dari pemerintah, di mana Menteri Luhut menyebut akan adanya insentif pembelian motor listrik sebesar Rp 6,5 juta. Akan tetapi skema dan kerangka waktunya masih belum dijelaskan secara rinci.
Sebelumnya pemerintah juga telah mengeluarkan instruksi presiden terkait penggunaan kendaraan listrik baterai (BEV) untuk keperluan dinas dan perorangan oleh instansi pusat dan daerah.
Pemerintah juga menargetkan akan ada 1,2 juta motor listrik dan 35.000 unit mobil listrik yang mengaspal di Tanah Air pada tahun 2024 mendatang.
Hal ini tentu dapat menjadi motor penggerak utama pertumbuhan SLIS, apabila manajemen perusahaan mampu memanfaatkan secara optimal kesempatan emas ini.
Meski demikian, hal ini bukanlah langkah mudah, mengingat makin hari makin bertambah konglomerat raksasa yang mulai melirik dan ikut terjun langsung berperang di arena tinju kendaraan ramah lingkungan tersebut.
Jika SLIS memperoleh keuntungan dari kebijakan pemerintah, hal yang sama akan turut dirasakan oleh Indika Energy (INDY), TBS Energi Utama (TOBA), NFC Indonesia (NFCX) dan sejumlah perusahaan lain yang ikut mengembangkan motor listrik di Tanah Air.
Dengan sektor bisnis yang masih belia, masih belum diketahui pasti preferensi dari pelanggaran motor listrik. Apakah mayoritas akan lebih tertarik dengan sepeda motor ekonomis yang tentu akan menguntungkan SLIS, atau malah menyukai desain dan performa kelas atas seperti yang ditawarkan Alva One rintisan INDY, dengan subsidi membuat harganya semakin kompetitif. Apabila masyarakat RI banyak yang memilih opsi dua tentu akan menjadi berita buruk bagi SLIS.
Seberapa besar potensi kenaikan saham dan kinerja SLIS masih belum pasti, dan masih menunggu kesuksesan penambahan modal dan langkah strategis dan efektif yang dilakukan perusahaan untuk mengkapitalisasi iklim bisnis dan kebijakan yang berbaris menyemangati perusahaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd/fsd)[Gambas:Video CNBC]
