CNBC Indonesia Research

EV Makin Ramai, Bisakah SLIS Jadi Pemimpin Defacto?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
02 December 2022 14:50
Strategi SLIS Kembangkan Industri Sepeda & Motor Listrik (CNBC Indonesia TV)
Foto: IPO, Gaya Abadi Sempurna Lepas 25% Saham (CNBC Indonesia TV)

Berada pada waktu tepat tampaknya tidak cukup bagi SLIS. Antusiasme investor secara cepat pudar, salah satunya karena kinerja keuangan perusahaan urung menunjukkan perbaikan fantastis.

Perusahaan juga tidak mengumumkan adanya influks pemesanan yang menyebabkan backlog produksi dan pengiriman, seperti yang terjadi dengan Tesla. Artinya pandangan investor dan masyarakat umum secara luas berlawanan dengan tidak cukupnya jumlah pelanggan untuk melegitimasi hasrat bullish para investor.

Pendapatan perusahaan hanya berfluktuasi di kisaran Rp 100 miliar per kuartal, dengan catatan tertinggi dibukukan pada kuartal akhir 2019 atau bertepatan dengan IPO perusahaan.

Senada, meski rutin mencatatkan laba bersih, angka tersebut nyaris secara eksklusif kurang dari Rp 10 miliar - NPM sekitar 10%. Artinya perusahaan kesulitan memperkuat modal lewat aliran kas dan operasional perusahaan. Hal ini pada akhirnya berimbas pada kinerja yang stagnan karena tidak terdapat dana untuk ekspansi bisnis, baik itu untuk meningkatkan kapasitas pabrik atau keperluan promosi dan pemasaran.

RI kali ini oleh perusahaan tampaknya akan menyasar target tersebut dan berupaya memperbaiki permodalan perusahaan agar dapat melakukan ekspansi dan bersaing di segmen yang mulai diincar oleh banyak konglomerat bisnis lain.

Dalam prospektus RI, perusahaan disebut akan menerbitkan 2 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan akan ditentukan kemudian. Menggunakan asumsi harga rata-rata penutupan perdagangan setahun terakhir di kisaran Rp 485 perusahaan berpotensi meraih dana segar nyaris Rp 1 triliun. Angka ini bisa jadi lebih besar atau jauh lebih kecil, apalagi jika perusahaan memutuskan menetapkan di harga perdagangan terendah tahun ini, dana galangan hanya akan mencapai kurang dari Rp 300 miliar.

Sebagai pemanis, perusahaan juga menerbitkan 700 juta waran dan menyebut akan menggunakan dana hasil RI untuk modal kerja dan setoran modal di anak perusahaan.

Selanjutnya keyakinan investor juga ikut tergerus oleh blunder yang dilakukan oleh pejabat penting perusahaan yang ketahuan menjual kepemilikan sahamnya di perusahaan. Meski demikian, yang bersangkutan mengklaim secara tidak sengaja membeli saham SLIS dan kemudian secara cepat melepasnya. Namun fakta pelepasan tersebut yang terjadi di harga yang lebih tinggi dari pembelian tampaknya membuat investor kurang senang dan membuat saham perusahaan kembali tertekan setelah pengungkapan.

Terbaru pengendali SLIS ikut melego kepemilikan sahamnya. Mengutip keterbukaan informasi perusahaan menyebut, PT Selis Investama Indonesia dalam tiga kali kesempatan mengungkapkan alasan melego saham adalah untuk "meningkatkan performa keuangan perseroan."

Perusahaan tidak mengelaborasi lebih lanjut terkait kepada transaksi tersebut dan apakah ada potensi masuknya investor strategis yang ikut memodali RI perusahaan. Atau bahkan malah sebaliknya, perusahaan melepaskan beban RI kepada investor ritel lewat pengurangan porsi kepemilikan di SLIS. Hingga saat ini perusahaan masih belum menyampaikan prospektus rinci atau memberikan indikasi investor strategis yang siap menjadi pembeli siaga.

(fsd/fsd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular