Top! Harga Batu Bara Naik Meski The Fed Kerek Bunga 75 Bps

Maesaroh, CNBC Indonesia
03 November 2022 06:45
Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Pemerintah memutuskan untuk menyetop ekspor batu bara pada 1–31 Januari 2022 guna menjamin terpenuhinya pasokan komoditas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan independent power producer (IPP) dalam negeri. Kurangnya pasokan batubara dalam negeri ini akan berdampak kepada lebih dari 10 juta pelanggan PLN, mulai dari masyarakat umum hingga industri, di wilayah Jawa, Madura, Bali (Jamali) dan non-Jamali. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus merangkak naik meskipun kenaikannya tipis, meski bank sentral Amerika Serikat (The Fed) kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 3,75% - 4%. Kenaikan tersebut tentunya mempengaruhi nilai tukar dolar AS, yang bisa membuat harga batu bara lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Pada Akhirnya permintaan akan terpengaruh, tetapi nyatanya harga batu bara masih mampu menguat.

Pada perdagangan Rabu (2/11/2022), harga batu bara kontrak Desember di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 362,5 per ton. Harganya menguat t0,42% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.

Penguatan kemarin memperpanjang tren positif batu bara yang sudah berlangsung sejak Selasa. Dalam dua hari terakhir, harga batu bara sudah menguat 1,81%. 

Dalam sepekan, harga batu bara masih anjlok 3,2% secara point to point. Harga batu bara juga masih jeblok 12,1% sebulan tetapi dalam setahun melesat 131,3%.


Harga batu bara merangkak naik setelah ada kekhawatiran pengiriman gas alam cair (LNG) ke Eropa dan proyeksi kenaikan permintaan listrik di China.

Pengiriman LNG dari Amerika Serikat (AS) dikhawatirkan terganggu setelah produsen LNG Freeport menunda operasi kilang mereka di Texas. Kilang tersebut berhenti operasi sejak Juni 2022 terjadi ledakan.

AS merupakan pemasok terbesar LNG di dunia, di mana kontribusinya mencapai sekitar 20% dari global. Persoalan kilang Freeport kembali memunculkan kekhawatiran pasokan gas di Eropa sehingga harga gas pun naik.

Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) naik 8,32% sehari dan 21% sepekan ke 125,86 euro per megawatt-jam (MWH) kemarin. Kenaikan harga gas ikut menopang pergerakan harga batu bara mengingat harga batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas.

Harga batu bara juga kembali merangkak naik karena permintaan listrik di China diperkirakan naik pada kuartal IV-2022.

Dilansir dari S&P Global, Dewan Kelistrikan China mengeluarkan proyeksi permintaan listrik untuk kuartal IV-2022. Pada periode Oktober-Desember 2022, permintaan listrik diperkirakan meningkat 4-5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Permintaan listrik di China sendiri meningkat 5% pada Januari-September 2022. Namun, jika menghilangkan periode "luar biasa" pada musim panas tahun, permintaan listrik hanya tumbuh 3%. Seperti diketahui, permintaan listrik melonjak pada musim panas tahun ini karena ada kekeringan panjang.

Meningkatnya permintaan listrik di China menjadi kabar baik mengingat Negara Tirai Bambu adalah konsumen terbesar batu bara. China masih menggantungkan 60% produksi listriknya dari batu bara.

Beijing juga baru mengumumkan jika mereka akan tetap membatasi harga batu bara thermal pada 2023 dan akan menghukum siapapun yang melanggarnya.

Kontrak batu bara thermal untuk 223 ditetapkan di harga CNY 675 atau US$ 92,85 per ton. China juga meminta produsen batu bara untuk setidaknya menjual 80% batu bara mereka dalam jangka panjang.

Pembatasan harga batu bara dilakukan pemerintah China untuk menghindari fluktuasi harga serta laju inflasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Mendadak Labil, Seperti Naik Roller Coaster

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular