CNBC Indonesia Research

Indonesia Raja Minyak Sawit yang 'Diatur' Malaysia! Kok Bisa?

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
28 October 2022 07:10
Tes bahan bakar B40 ke mobil saat uji coba dan uji jalan atau road test kendaraan dengan bahan bakar biodiesel campuran minyak sawit 40% (B40) di Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Rabu, (27/7/2022). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Kabut asap menutupi pohon saat kebakaran hutan di sebelah perkebunan kelapa sawit di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia, (14/9/2019). (REUTERS / Willy Kurniawan)

Salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi adalah dengan mengembangkan biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar nabati yang dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil. Hal tersebut juga sejalan dengan mimpi Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060, dengan meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan yang lebih ramah lingkungan sebesar 23% pada 2025.

Program biodiesel tersebut sebenarnya sudah mulai di implementasikan sejak tahun 2016 dengan mewajibkan pencampuran 20% minyak kelapa sawit dengan 80% bahan bakar jenis solar untuk menghasilkan produk B20.

Pengembangan biodiesel tidak berhenti pada B20 saja, pemerintah kembali mengembangkan program B30, dengan meningkatkan campuran sebanyak 30% dari minyak kelapa sawit dan 70% bahan bakar minyak jenis solar. Program tersebut telah berjalan sejak Januari 2020.

Indonesia patut bangga, pasalnya kita menjadi negara pertama yang berhasil mengimplementasikan B20 dengan menggunakan bahan baku utama yang bersumber dari kelapa sawit. Pada 2018, Minesota dan AS menyusul. Adapun Kolombia baru memulai tahap B10 pada 2011 dan Malaysia mengimplementasi B10 pada 2019.

CPO 27 Oksumber: ESDM

Dengan pengimplementasian program biodiesel, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatatkan beberapa manfaat mulai dari aspek ekonomi serta lingkungan. Pada 2018, program biodiesel berhasil menghemat devisa hingga Rp 26,67 triliun dan terus bertambah menjadi Rp 63,39 triliun pada 2020.

Selain itu, program biodiesel turut membuka lapangan pekerjaan khususnya petani sawit hingga mencapai 1,2 juta orang pada 2020. Program tersebut juga dapat menurnkan emisi gas rumah kaca mulai dari 5,61 juta ton CO2 pada 2018 hingga 14,25 juta ton CO2 pada 2020.

Sementara itu, pada tahun ini, Kementerian ESDM memiliki target untuk menurunkan sebesar 91 juta ton CO2.

Menteri ESDM Arifin Tasrif pun optimis bahwa pangsa pasar biodiesel akan terus tumbuh di masa depan sebab akan menjadi alternatif bahan bakar fosil.

CPOSumber ESDM

Pada tahun ini, pemerintah menargetkan untuk menyelesaikan implementasi B40, di mana menggunakan campuran minyak kelapa sawit sebanyak 40% dengan solar atau disebut B40.

Pada Rabu 26 Oktober 2022, Kementerian ESDM melakukan uji coba cold startability (kemudahan penyalaan kendaraan saat temperature rendah) di dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah pada pemakaian B40 untuk kendaraan.

Hasilnya, kendaraan penumpang yang diuji di suhu 17 derajat Celsius berhasil menyala dalam waktu kurang dari 2 detik. Catatan waktu ini berada dalam ambang batas yang disyaratkan, yakni harus di bawah 5 detik.

"Catatan yang paling cepat 1 detik, paling lama 1,4 detik. Semua masuk standar yang ditentukan," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana.

"Ini bukti otentik kalau B40 siap digunakan di-engine," tambahnya.

Lalu, kapan B40 dapat diimplementasikan?

Menjawab pertanyaan ini, Dadan mengatakan bahwa uji jalan akan terus dilakukan sampai akhir tahun 2022. Dia menargetkan, pada akhir Desember nanti pihaknya sudah bisa memberikan rekomendasi teknis mengenai pemanfaatan B40 kepada kementerian terkait.

Program biodiesel memang memiliki manfaat yang sangat banyak mulai dari aspek ekonomi hingga lingkungan, tapi pemerintah juga sebaiknya memperhatikan sisi lainnya.

Jika kebijakan biodiesel makin agresif, tentu membutuhkan produksi kelapa sawit yang meningkat. Di mana untuk memproduksi CPO yang banyak tentunya diperlukan lahan yang luas. Sehingga potensi deforestasi lebih besar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular