Masih Adakah Cuan Dari Sektor CPO?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga crude palm oil terus merosot. Awal pekan ini, harga CPO i Bursa Malaysia Exchange melandai di sesi awal perdagangan Senin (09/01/2023).
Pelemahan harga ini terjadi di tengah banyaknya sentimen positif yang seharusnya bisa mendongkrak harga.
Berdasarkan data Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan turun 0,29% ke MYR 4.040/ton pada pukul 09:50 WIB. Harga tersebut adalah yang terendah sejak 23 Desember 2022 atau dua pekan terakhir terakhir.
Pelemahan ini memperpanjang tren negatif harga CPO menjadi empat hari beruntun. Dalam empat hari tersebut, harga CPO sudah ambruk 5%. Dalam sepekan, harga CPO melandai 5% sementara dalam sebulan masih naik 1,1%. Dalam setahun, harga CPO juga jeblok 19,7%.
Untungnya, sentimen tersebut masih bisa dibentengi oleh kebijakan domestik, yakni soal penggunaan kadar minyak sawit untuk biodiesel. Kebijakan ini bahkan dinilai bisa menjadi sentimen positif sektor perkebunan dalam negeri.
Kebijakan pemerintah Indonesia yang akan menambah kadar sawit pada biodiesel menjadi 35%-40% tahun ini dari sebelumnya 30%. Dalam riset Samuel Sekuritas disebutkan, kebijakan itu diperkirakan akan mendongkrak permintaan CPO hingga 25%.
Sentimen pendorong lain ialah prospek permintaan produk sawit dari China dan India, sebagai importir utama produk sawit global, yang meningkat tahun ini seiring dengan pemulihan ekonomi pasca Covid-19.
"Hal-hal tersebut dapat mendukung harga CPO untuk berada di level tinggi, rata-rata 4.000 ringgit per ton, di atas level pra-pandemi, bahkan dengan keputusan Uni Eropa yang terus mengurangi dan menghentikan penggunaan CPO di zona tersebut secara bertahap," terang analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi.
Mempertimbangkan posisi tersebut, ia bersama timnya memasang sikap overweght untuk sektor perkebunan domestik.
"Kami masih mempertahankan rating overweight untuk sektor CPO, dengan top pick kami di sektor CPO adalah TAPG dengan target harga Rp 910 dan STAA dengan target harga Rp 1.400 per saham," katanya.
Alasan Samuel memilih dua emite itu karena umur tanaman sawit kedua produsen CPO ini masih relatif muda, sehingga volume produksi masih dapat bertumbuh signifikan.
PT STA Resources Tbk (STAA) misalnya. target produksi tahun ini ditargetkan naik 10% dari produksi aktual tahun 2022 sebesar 401.747 ton. Walaupun harga pupuk naik, tapi perseroan tidak mengurangi dosis pupuk karena akan berpengaruh pada produksi.
Untuk penjualan CPO sejalan dengan kebijakan pemerintah yang terus mendukung peningkatan konsumsi biodiesel dan akan mulai diterapkan per 1 Februari 2023 untuk B35, dengan alokasi 13,15 juta kiloliter maka akan memberikan dampak positif ke STAA.
Tren harga CPO di kuartal I juga umumnya cukup baik, terlebih awal tahun biasanya siklus produksi buah berkurang akibat musim hujan di penghujung tahun lalu dan dua perayaan besar di kuartal I yaitu Tahun Baru Lunar dan Bulan Ramadhan.
Kedua emiten ini juga terus mengimplementasikan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan (Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang membantu meningkatkan investasi berkelanjutan (ESG).
Meski begitu, ada juga beberapa faktor yang dapat menekan harga seperti dampak resesi global yang akan mempengaruhi permintaan dunia yang berimbas juga ke permintaan CPO.
[Gambas:Video CNBC]
Ikuti Harga Minyak Dunia, CPO Juga Melejit 9% Pekan Ini
(RCI/dhf)