Silakan Eropa Berulah, RI Tetap Ketiban Durian Runtuh!

Market - Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
16 January 2023 10:50
Awal Tahun, Pemerintah Perketat Aturan Ekspor CPO Foto: CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Head of Investor Relation PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO)Stefanus Darmagiri meyakini ancaman Malaysia larang ekspor crude palm oil (CPO) ke Uni Eropa akan menyebabkan keterbatasan pasokan minyak nabati. Keterbatasan tersebut akan berdampak positif terhadap harga minyak nabati dunia.

"Di samping itu, permintaan CPO diperkirakan masih akan tetap baik seiring dengan persiapan stok dalam menyambut Tahun Baru di Tiongkok serta diskon harga minyak CPO dengan soybean oil yang masih tinggi, dapat meningkatkan permintaan CPO khususnya di negara-harga yang sensitif terhadap harga, seperti India dan Pakistan," kata Stefanus saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (13/1/2023).

Lebih lanjut, ia mengatakan rencana implementasi bahan bakar nabati jenis biodiesel 35% (B35) di Indonesia mulai Februari 2023 diharapkan dapat meningkatkan permintaan CPO domestik dan juga dunia.

Sebagai informasi, Malaysia baru-baru ini mengancam akan menghentikan ekspor minyak sawit ke Uni Eropa (UE) sebagai tanggapan atas undang-undang baru dari kawasan tersebut yang ditujukan untuk melindungi hutan dengan mengatur secara ketat penjualan produk tersebut.

Menteri Komoditas Fadillah Yusof mengatakan Malaysia dan Indonesia akan membahas undang-undang yang melarang penjualan minyak kelapa sawit dan komoditas lain yang terkait dengan deforestasi tersebut.

Adapun, UE adalah importir utama minyak sawit dan undang-undang tersebut, yang disepakati pada Desember, telah menimbulkan protes dari Indonesia dan Malaysia sebagai produsen utama.

Disebut Propaganda

Direktur PT Menthobi Karyatama Raya Tbk (MKTR) Wawan Sulistyawan berpendapat bahwa ancaman Malaysia larang eksporcrude palm oil(CPO) ke Uni Eropa justru memperkuat posisi Indonesia dan Malaysia terkait stabilitas harga CPO.

Ia mengatakan Indonesia sudah tidak memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasar CPO di Eropa. Dalam hal ini, Eropa yang dimaksud adalah Uni Eropa atau Eropa Barat.

"Ancaman larang ekspor ini sebenarnya lebih kepada agar dihentikannya propaganda dan diskriminasi minyak sawit yang dituduh merusak lingkungan dan kesehatan yang banyak digaungkan oleh negara-negara Eropa," kata Wawan saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (13/1/2023).

Menurunya, propaganda dan diskriminasi tersebut sering kali menyebabkan harga CPO tidak stabil. Ketidakstabilan harga CPO ini yang dapat meningkatkan risiko ekonomi Indonesia dan Malaysia.

"Saya yakin Malaysia tidak akan gegabah dalam mengeksekusi ancaman tersebut. Disisi lain, negara-negara Eropa akan menyikapi secara hati-hati ancaman tersebut mengingat ancaman krisis pangan dan energi di Eropa," jelas Direktur Keuangan emiten perkebunan milik Maktour Group itu.

Baru-baru ini Malaysia mengancam akan menghentikan ekspor minyak sawit ke Uni Eropa (UE) sebagai tanggapan atas undang-undang baru dari kawasan tersebut yang ditujukan untuk melindungi hutan dengan mengatur secara ketat penjualan produk tersebut.

Menteri Komoditas Fadillah Yusof mengatakan Malaysia dan Indonesia akan membahas undang-undang yang melarang penjualan minyak kelapa sawit dan komoditas lain yang terkait dengan deforestasi tersebut.

Adapun, UE adalah importir utama minyak sawit dan undang-undang tersebut, yang disepakati pada Desember, telah menimbulkan protes dari Indonesia dan Malaysia sebagai produsen utama.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ikuti Harga Minyak Dunia, CPO Juga Melejit 9% Pekan Ini


(RCI/dhf)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading