
Neraca Dagang Diramal Ambruk, Sinyal Ekonomi Memburuk?
Jakarta, CNBC Indonesia - Surplus neraca perdagangan diperkirakan menyusut sangat dalam pada Desember 2022. Pelemahan ini sejalan dengan perlambatan ekonomi global.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Desember 2022 sebesar US$ 3,92 miliar. Surplus tersebut jauh lebih rendah dibandingkan November 2022 yang mencapai US$ 5,16 miliar.
Jika prakiraan tersebut menjadi kenyataan maka surplus pada Desember 2022 akan menjadi yang terendah sejak Mei 2022. Sebagai catatan, Indonesia melarang ekspor CPO pada bulan tersebut.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan tumbuh 6,6% (year on year/yoy) sementara impor ambruk 3,1%.
Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 32 bulan beruntun. Sebagai catatan, nilai ekspor November 2022 mencapai US$ 24,12 miliar atau naik 5,6% (yoy). Impor tercatat US$ 18,96 miliar atau melandai 1,89% (yoy).
Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Desember 2022 pada Senin (16/1/2023).
Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution menjelaskan ekspor akan melambat seiring dengan aktivitas ekonomi di negara mitra dagang utama.
Sebagai catatan, PMI Manufaktur China melandai ke 49 pada Desember dari 49,4 pada November 2022. Artinya, PMI Tiongkok sudah terkontraksi selama lima bulan beruntun.
China juga melaporkan penurunan impor sebesar 7,5% (mtm) pada Desember 2022. Melandainya impor China menunjukkan jika permintaan mereka tengah melemah.
Sementara itu, PMI Jepang juga melandai ke 48,9 pada Desember 2022, terendah dalam dua tahun lebih. PMI Amerika Serikat (AS) melandai ke 47 pada Desember 2022, terendah sejak Mei 2020.
"Potensi resesi di sejumlah negara maju berpotensi memperlambat permintaan ekspor dalam jangka pendek," tutur Damhuri, kepada CNBC Indonesia.
Sejumlah lembaga/institusi memproyeksi AS dan kawasan Eropa akan memasuki resesi pada tahun ini. Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan memproyeksi sepertiga ekonomi dunia akan masuk ke jurang resesi.