CNBC Indonesia Research

Fed "Pecah" Hadapi Resesi, Suku Bunga Bakal Dipangkas Lagi?

Maesaroh, CNBC Indonesia
27 October 2022 13:25
Bendera Amerika tergantung di luar Bursa Efek New York di New York
Foto: Bendera Amerika tergantung di luar Bursa Efek New York di New York (AP/Frank Franklin II)

Terbelahnya pejabat The Fed dalam menentukan kebijakan moneter ke depan menghembuskan harapan kepada pelaku pasar jika pivot kebijakan The Fed akan segera terjadi.

Pivot merujuk pada kebijakan yang berbalik arah dengan cepat dari kebijakan ketat ke pelonggaran kebijakan atau sebaliknya dari kebijakan longgar ke kebijakan ketat. Kondisi ini terjadi jika kondisi ekonomi berubah secara drastis sehingga The Fed tidak bisa melanjutkan stance kebijakan sebelumnya.

The Fed sendiri beberapa kali telah mem-pivot kebijakan mereka. Sejak periode 2000, The Fed setidaknya pernah mem-pivot kebijakan mereka tiga kali. Pada akhir 2000 hingga 2001, terjadi ledakan dot-com bubble setelah lonjakan saham berbasis teknologi. Ekonomi AS anjlok pada akhir 2000 hingga 2001.

Untuk mendorong pertumbuhan, The Fed kemudian memberlakukan kebijakan moneter yang sangat longgar. Secara keseluruhan, The Fed memangkas suku bunga sebesar 550 bps dari 6,5% pada akhir 2000 menjadi 1% pada Juni 2003.

Saat ekonomi AS mulai tumbuh kencang, The Fed kemudian mengerek suku bunga 425 bps selama tiga tahun dari 1% pada Juni 2003 menjadi 5,25% pada Juni 2006.

Pivot kebijakan kembali terjadi pada 2007-2008. Krisis Finansial AS dan global membuat Negara Paman Sam jatuh ke jurang resesi. Lonjakan pengangguran dan perlambatan ekonomi membuat pemangku moneter membalik arah kebijakan mereka dengan cepat.

Kebijakan moneter ketat pada periode 2004-2006 berakhir. The Fed memangkas suku bunga acuan bahkan ke level terendahnya. Pada kurun waktu 2007-2008, The Fed memangkas suku bunga 525 bps dari 5,25% menjadi kisaran 0-0,25% pada akhir 2008.

Setelah ekonomi AS kembali melaju, The Fed secara perlahan menaikkan suku bunga hingga bertengger di kisaran 2,25-2,50% pada akhir 2018.

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada Maret 2020 juga membuat The Fed melakukan pivot kebijakan dengan cepat.

Setelah era kebijakan ketat, The Fed memangkas suku bunga 150 bps pada  Maret 2020 ke level terendahnya kembali 0-0,25%. The Fed bahkan memangkas suku bunga hingga 150 bps dua kali dalam sebulan masing-masing 50 bps pada 3 Maret dan 100 bps pada 16 Maret 2020 mengingat besarnya perlambatan ekonomi yang dihadapi AS dan seluruh dunia.

Analis menilai pivot kebijakan The Fed tidak selamanya berhasil. Pada periode 1970an, The Fed dinilai terlalu cepat melonggarkan kebijakan ketat mereka sehingga membawa AS ke periode stagflasi. Kondisi inilah yang ingin dihindari Chairman The Fed Jerome Powel.

"Sejarah mengingatkan kita dengan keras mengenai pelonggaran moneter yang dilakukan secara premature. Saya bisa yakinkan kepada Anda jika bank sentral berkomitmen kuat untuk menurunkan inflasi sampai tugas itu berhasil," tutur Powell, dalam acara Annual Monetary Conference yang diselenggarakan Cato Institute, awal September lalu.

Penulis dan public speaker Nomi Prins memperkirakan The Fed akan mem-pivot kebijakan mereka dalam tiga tahap. Pertama adalah dengan memperlambat kenaikan suku bunga dari 75 bps menjadi 50 bps. Kedua adalah dengan menahan suku bunga acuan dan di tahap tiga mereka baru akan memangkasnya.

"Kenaikan suku bunga acuan sejauh ini telah berdampak kepada ekonomi riil masyarakat. Kenaikan suku bunga menambah ongkos pinjaman pada masyarakat umum, konsumen nyata sehari-hari," ujar Prins, dikutip dari CNBC International. 

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Indikator Ekonomi AS Berjalan Saling Bertentangan

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular