
The Fed Naikkan Suku Bunga 75 Bps, BI Berani Berapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Federal Reserve (The Fed) akhirnya menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin.
Dilansir dari CNBC International, The Fed menaikkan suku bunga dana federal hingga kisaran 3% - 3,25%, angka ini tertinggi sejak awal 2008.
Menurut The Fed, langkah kenaikan suku bunga ini merupakan upaya untuk menurunkan inflasi yang mendekati level tertinggi sejak awal 1980-an.
"FOMC (Federal Open Market Committee) sangat bertekad untuk menurunkan inflasi menjadi 2%, dan kami akan terus melakukannya sampai pekerjaan selesai," kata Gubernur The Fed, Jerome Powell, dikutip Kamis (22/9/2022).
Dengan kenaikan suku bunga bank sentral AS tersebut, Bank Indonesia (BI) dipastikan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini, Kamis (22/9/2022).
Melihat sikap agresif The Fed, Analis Makroekonomi Bank Danamon, Irman Faiz menilai dosis kenaikan suku bunga BI sebesar 50 bps bisa menjadi opsi.
"Selain The Fed yang semakin hawkish terlihat dari dotplot barunya, inflasi (domestik) bulan ini juga akan naik ke sekitar 6%," kata Irman kepada CNBC Indonesia, Kamis (22/9/2022).
Irman menilai kenaikan inflasi saat ini masih dalam tahap pertama (first round). Selanjutnya, inflasi akan dibebani oleh dampak susulan dari harga-harga barang manufaktur.
Dia meningatkan bahwa transmisi suku bunga BI terhadap inflasi memiliki waktu tunda selama 2-3 kuartal ke depan.
"Jika BI mau mengembalikan inflasi ke dalam target di tahun depan semester II, 50 bps bsa menjadi opsi di bulan ini," ungkapnya.
"Front loading dan ahead of the curve adalah langkah yang pas."
Irman pun memastikan dosis 50 bps masih aman untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini yang ditargetkan berada di sekitar 5,2%.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro mengingatkan bahwa efek kenaikan suku bunga The Fed akan memicu kaburnya dana dari Indonesia.
"Upaya ini memicu risk-off atau flight to quality sentimen (capital outflow) di pasar negara berkembang, termasuk pasar keuangan Indonesia (khususnya di pasar SBN)," katanya.
Adapun, dia memperkirakan Bank Indonesia akan mengambil langkah kebijakan pengetatan berupa kenaikan suku bunga acuan untuk memastikan stabilitas.
Untuk RDG BI hari ini, dia memproyeksikan kenaikan moderat sebesar 25 bps. Namun, untuk keseluruhan tahun, Bank Mandiri meyakini BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) akan mencapai 4,75% dan tahun depan berada di level 5%.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, melihat kenaikan suku bunga BI diperkirakan cenderung bertahap, berbeda dengan kenaikan suku bunga Fed yang cenderung agresif.
Hal ini karena arah suku bunga BI didasarkan pada upaya untuk menjangkar inflasi inti agar kembali ke kisaran di bawah 4%. Dengan kenaikan harga BBM, inflasi inti tahun ini diperkirakan akan melebihi level 4%.
Dengan demikian, RDG BI kali ini diyakini hanya akan melakukan penyesuaian sebesar 25 bps.
"Kecuali ada indikasi inflasi melonjak signifikan/ekonomi overheating. Karena kenaikan inflasi saat ini dipengaruhi oleh sisi supply (kenaikan harga BBM) yang sifatnya temporary, maka kenaikan suku bunga secara gradual cenderung lebih sesuai karena tidak berdampak signfikan juga ke pertumbuhan ekonomi," paparnya saat dihubungi CNBC Indonesia.
BI dijadwalkan melakukan pengumuman hasil RDGÂ pada hari ini, Kamis (22/9/2022), pada pukul 14.00 WIB.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saat BI Bergerak Agresif: Kerek Bunga 175 Bps Dalam 4 Bulan!
