Meski Dibayangi Katalis Negatif, Harga CPO Ogah Turun!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) meroket di sesi awal perdagangan Kamis (27/10/2022), setelah kemarin terkoreksi tipis. Namun, katalis negatif masih membayangi pergerakan CPO hari ini.
Mengacu pada Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan melesat 1,77% ke MYR 4.194/ton pada pukul 08:28 WIB.
Dalam sepekan, harga CPO telah menguat 2,39% secara point-to-point/ptp dan menanjak tajam 30,01% di sepanjang bulan ini. Namun, masih drop 14,91% secara tahunan.
Analis Reuters menilai harga CPO masih akan menguji titik supportnya di MYR 4.114/ton, tapi penembusan di bawahnya berpotensi bergerak menurun ke kisaran MYR 4.001-4.071/ton.
Minyak sawit acuan dunia di Bursa Malaysia Exchange Derivatives pada Rabu (26/10) ditutup turun 0,48% ke MYR 4.107/ton (US$ 871,6/ton) padahal di sesi awal sempat melesat naik. Penurunan harga CPO tersebut dipicu oleh meredanya reli dari harga minyak saingan dan adanya kekhawatiran bahwa nilai ekspor CPO Malaysia lesu di tengah persediaan yang lebih tinggi.
Harga minyak kedelai di Dalian berakhir naik tipis 0,19%, sedangkan minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) menguat 0,6% setelah sempat berada di zona negatif pada sesi perdagangan awal.
Melansir Reuters, seorang pedagang di Kuala Lumpur menilai harga CPO tertekan karena para pelaku pasar telah melakukan aksi jual karena harga CPO telah menanjak ke level MYR 4.000/ton.
"Kami mengikuti pasar eksternal agak dekat saat ini, jadi ketika Dalian dan CBOT mengambil nafas, kami akan mengikuti untuk mengambil keuntungan," kata seorang pedagang di Kuala Lumpur.
Sejatinya, minyak nabati kerap bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar di pasar nabati global, sehingga ketika harga minyak kedelai mulai melandai tentu akan membebani laju harga CPO.
Selain itu, para pedagang juga memprediksikan nilai ekspor CPO Malaysia lesu ketika produksinya diprediksi membengkak.
Pasalnya, persediaan CPO Malaysia pada akhir September 2022 membengkak 10,5% menjadi 2,32 juta ton dan menjadi posisi tertinggi dalam hampir tiga tahun, jika mengacu pada laporan Malaysian Palm Oil Board (MPOB) yang dirilis pada awal Oktober lalu.
Di sisi ekspor, Surveyor Kargo Intertek Testing Services memproyeksi bahwa ekspor CPO pada periode 1-25 Oktober 2022 malah anjlok 3,5%. Hal serupa, Kargo Surveyor Societe Generale de Surveillance memperkirakan ekspor CPO pada periode yang sama, turun tipis 0,6% dari 1.152.612 ton menjadi 1.146.113 ton.
Maka dari itu, ketika supply tidak sebanding dengan demand, tentunya akan berpotensi menekan harga CPO ke depannya. Melemahnya nilai ekspor dapat menunjukkan bahwa demand akan CPO berkurang, sehingga pasokan CPO akan membanjiri pasar nabati dan membuat harganya kian melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)