Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah sukses mencatat penguatan awal pekan kemarin.
Kabar baik datang dari dalam negeri. Di tengah ancaman resesi dunia, daya tarik investasi di Indonesia terbukti masih sangat tinggi. Ini memberikan optimisme perekonomian ke depannya masih akan kuat, investor asing memandang Indonesia sebagai "surga" investasi.
Besarnya investasi yang masuk ke dalam negeri hingga mencatat rekor kenaikan tertinggi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar pada Selasa (25/10/2022) akan dibahas pada halaman 3 dan 4.
Senin kemarin, adanya peluang bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve/The Fed mengendurkan laju kenaikan suku bunganya menjadi pemicu penguatan IHSG dan rupiah.
IHSG tercatat mampu menguat 0,5% ke 7.053,044, dan sukses membukukan penguatan 6 hari beruntun. Sektor finansial lagi-lagi mendongkrak kinerja IHSG. Indeks sektor dengan bobot paling besar ini tercatat menguat 1,52%.
Sementara itu rupiah tercatat menguat 0,29% melawan dolar AS ke Rp 15.585/US$.
Wall Street Journal (WSJ) melaporkan beberapa pejabat The Fed mulai mengisyaratkan keinginan mereka untuk memperlambat laju kenaikan segera.
"Artikel Wall Street Journal yang menyebutkan laju kenaikan suku bunga sedang dipertimbangkan oleh para pelaku pasar," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, dikutip dari Reuters.
Presiden The Fed San Francisco, Mary Daly mengatakan bahwa The Fed harus menghindari menempatkan ekonomi AS ke dalam "penurunan paksa" dengan pengetatan yang berlebihan. Ia menambahkan bahwa The Fed mendekati titik di mana laju kenaikan suku bunga harus diperlambat.
Kabar tersebut disambut baik pelaku pasar. Bursa saham AS melesat pada perdagangan Jumat (21/10/2022) waktu setempat, yang akhirnya menular ke pasar Asia awal pekan kemarin.
Pergerakan tersebut menunjukkan pasar kembali ke aset-aset berisiko, yang membuat dolar AS agak tertekan, rupiah pun mampu mencuri kesempatan menguat.
Sayangnya, Surat Berharga Negara (SBN) masih mengalami tekanan, bahkan sangat kuat.
Pergerakan SBN menjadi indikasi pasar finansial Indonesia masih akan mengalami volatilitas tinggi.
Senin kemarin, hanya SBN tenor 1 tahun yang mengalami penguatan. Hal ini terlihat dari yield-nya yang mengalami penurunan 2,9 basis poin menjadi 5,566%.
Pergerakan harga SBN berbanding terbalik dengan yield. Ketika harga naik maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya.
SBN tenor lainnya mengalami tekanan, yield tenor 10 tahun bahkan naik 9,9 basis poin menjadi 7,654% menjadi yang tertinggi sejak Mei 2020 lalu.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Kabar Baik, Wall Street Melesat Lagi
Bursa saham AS (Wall Street) kembali menguat pada perdagangan Senin waktu setempat. Kiblat bursa saham dunia ini sedang dalam tren positif, para investor menanti rilis kinerja keuangan emiten-emiten papan atas. Ada ekspektasi laba yang dicetak masih apik.
Indeks Dow Jones memimpin penguatan sebesar 1,3% ke 31.499,62, disusul S&P 500 sebesar 1,2% ke 3.797,34 dan Nasdaq 0,9% ke 10.952,61.
Sepanjang pekan lalu Nasdaq memimpin penguatan sebesar 5,2%. Sementara Dow Jones dan S&P 500 tercatat menguat 4,9% dan Dow Jones 4,7%.
Rilis kinerja keuangan raksasa teknologi menjadi perhatian utama minggu ini. Alphabet dan Microsoft dijadwalkan merilisnya pada Selasa, kemudian Apple dan Amazon pada Kamis.
"Ini semua tentang laporan kinerja keuangan, dalam pandangan kami, sejujurnya itu akan sama atau di bawah ekspektasi," kata Terry Sandven, kepala strategi ekuitas divisi wealth management U.S Bank, sebagaimana dilansir CNBC International.
Ia mengatakan data inflasi dan tingkat suku bunga masih tetap mempengaruhi sentimen pasar, tetapi investor saat ini menyambut rilis kinerja keuangan musim ini dan panduan ke depannya.
Untuk suku bunga, seperti diungkapkan pada halaman sebelumnya, pasar melihat ada ruang The Fed mengendurkan laju kenaikan suku bunga.
Jika benar terjadi, maka tentunya akan menjadi kabar baik. Resesi memang hampir pasti terjadi, tetapi kemungkinan tidak akan dalam. Tinggal melihat apakah inflasi akan mulai menurun. Masalahnya jika inflasi masih tetap tinggi, maka The Fed bisa jadi akan terus agresif.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Kembali menguatnya Wall Street tentunya menjadi angin segar bagi bursa saham Asia termasuk IHSG.
Investor yang mulai masuk ke aset berisiko tentunya menguntungkan bagi rupiah. Dolar AS yang menyandang status safe haven sementara menjadi kurang menarik, rupiah punya peluang menguat dua hari beruntun.
Sementara itu IHSG sedang dalam tren positif, menguat 6 hari beruntun dengan total 3,5%, dan tidak menutup kemungkinan berlanjut lagi hari ini.
Sektor keuangan masih berpeluang menopang kenaikan IHSG. Optimisme akan apiknya kinerja keuangan bank besar membuat sektor ini mencatat kinerja impresif.
Seperti diketahui PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sudah melaporkan kinerja keuangannya.
BCA mencapai Rp 29 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2022, atau naik 24,8%. Sementara itu BNI membukukan kenaikan laba bersih 76,8% secara tahunan (yoy) hingga kuartal III senilai Rp 13,7 triliun.
Selain itu, kabar baik datang dari dalam negeri. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kemarin mencatat realisasi investasi sepanjang kuartal III-2022 mencapai Rp 307,8 triliun, tumbuh 42,1% year on year (yoy). Dengan investasi tersebut, tenaga kerja yang terserap sebanyak 325.575 orang.
Merinci lebih jauh dari angka tersebut berdasarkan data BKPM, realisasi penanaman modal asing (PMA) mencapai Rp 169 triliun, atau melesat 63,6% (yoy).
Persentase kenaikan secara tahunan tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.
Sementara itu, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp 138,9 triliun.
Realisasi investasi tersebut menunjukkan daya tarik Indonesia masih bagus, hal tersebut juga diungkapkan oleh Dana Moneter International (IMF) sebagaimana dinyatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Minggu lalu, Managing Director IMF mengatakan Indonesia adalah titik terang di tengah kesuraman ekonomi dunia. Yang ngomong bukan kita, Kristalina, Managing Director IMF," kata Jokowi, seperti dikutip Senin (24/10/2022).
"Tahun depan jujur aja masih gelap, ekonomi 2023 gelap ini serius, karena ekonomi global gelap 2023. Indonesia punya secercah harapan," katanya
IMF sendiri mempertahankan proyeksi ekonomi Indonesia untuk tahun ini sebesar 5,3%. Lembaga moneter internasional ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi di 2023 tetapi tidak banyak, menjadi 5% dari sebelumnya 5,2%.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Dari eksternal, China akhirnya mengumumkan data pertumbuhan ekonomi setelah ditunda sejak 18 Oktober lalu.
Senin kemarin, Biro Statistik China melaporkan produk domestik bruto (PDB) kuartal III-2022 tumbuh 3,9% (yoy). Rilis tersebut lebih tinggi dari hasil survei Reuters terhadap para analis yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 3,4%.
Rilis data pertumbuhan ekonomi China yang lebih bagus tersebut juga menjadi sentimen positif. Setidaknya, kemerosotan ekonomi yang bisa terjadi tidak seburuk perkiraan.
Selain harapan akan The Fed mengurangi agresivitasnya masih berdampak positif ke pasar finansial.
Sebelumnya dua pekan lalu, analis dari Moody's Analytics yang melihat dalam 6 bulan ke depan tekanan inflasi di Amerika Serikat (AS) akan mereda.
"Inflasi berdasarkan indeks harga konsumen (IHK), akan turun dari level saat ini sekitar 8% menjadi 4%," kata Mark Zandi, kepala ekonom Moody's Analytics dalam acara "Fast Money" CNBC International, Rabu (12/10/2022).
Selain itu, Zandi percaya kebijakan yang dilakukan The Fed kali ini membawa perekonomian ke jalur yang tepat. Penurunan inflasi nantinya diperkirakan bisa mencegah terjadinya resesi.
Ia juga memprediksi suku bunga The Fed akan mencapai 4,5% - 4,75% di akhir tahun nanti, dan menahannya di level tersebut.
"Mereka akan mempertahankan suku bunga di level tersebut hingga 2024. Tetapi jika saya salah... dan inflasi masih tetap tinggi, mereka akan kembali menaikkan suku bunga dan kita akan masuk ke resesi," ujar Zandi.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Data inflasi Singapura (12:00 WIB)
- Data iklim bisnis Jerman dari Ifo (15:00 WIB)
- Indeks keyakinan konsumen AS (21:00 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
- IPO offering start: OMED
- RUPS: CMPP
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (Q2-2022 YoY) | 5,44% |
Inflasi (September 2022 YoY) | 5,95% |
BI-7 Day Reverse Repo Rate (Oktober 2022) | 4,75% |
Surplus Anggaran (APBN 2022) | 3,92% PDB |
Surplus Transaksi Berjalan (Q2-2022 YoY) | 1,1% PDB |
Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (Q2-2022 YoY) | US$ 2,4 miliar |
Cadangan Devisa (September 2022) | US$ 130,8 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA