IHSG Sesi I

Sempat Kebakaran, IHSG Sesi I Melesat Gara-Gara Saham Ini

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Rabu, 19/10/2022 12:17 WIB
Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada penutupan perdagangan sesi I Rabu (19/10/2022) mengekor bursa saham Amerika Serikat (AS) yang ditutup sumringah pada perdagangan semalam.

IHSG dibuka melamah tipis 0,19% di posisi 6.821,52 dan ditutup menguat dengan apresiasi 0,66% atau 45,37 poin, ke 6.879,86 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 6,56 triliun dengan melibatkan lebih dari 13 miliar saham yang berpindah tangan 739 kali.

Sejak perdagangan dibuka IHSG sudah berada di zona merah. Selang 5 menit kemudian indeks terpantau masih melemah 0,17% ke 6.822,69. Pukul 09:26 WIB IHSG terpantau memangkas perlemahan menjadi 0,06% ke 6.830,64. 20 Menit setelahnya, indeks terpantau berbalik arah ke zona hijau dan konsisten menguat hingga penutupan perdagangan sesi I.


Level tertinggi berada di 6.883,32 sesaat sebelum penutupan perdagangan, sementara level terendah berada di 6.806,11 sekitar 5 menit setelah perdagangan dibuka. Mayoritas saham siang ini terpantau mengalami kenaikan.

Statistik perdagangan mencatat ada 229 saham yang melemah dan 291 saham yang mengalami kenaikan, serta sisanya sebanyak 154 saham stagnan.

Saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya siang ini, yakni mencapai Rp 467,1 miliar. Sedangkan saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 268,2 miliar dan saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) di posisi ketiga sebesar Rp 252,4 miliar.

Bursa saham Wall Street kembali ditutup cerah pada perdagangan Selasa kemarin, melanjutkan reli yang sudah terbentuk sejak Senin lalu. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,12% ke posisi 30.523,8, S&P 500 melonjak 1,16% ke 3.720,5, dan Nasdaq Composite menguat 0,9% menjadi 10.772,4.

Reli Wall Street berlanjut di perdagangan hari kedua pada pekan ini, di mana hal ini masih ditopang oleh kinerja keuangan beberapa emiten AS yang solid pada kuartal III-2022.

Sebelum berhasil rebound, kekhawatiran resesi dan sikap hawkish bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) telah mendorong pasar saham AS ke posisi terendah pada tahun ini dalam beberapa pekan terakhir.

Tetapi, titik awal yang solid untuk musim pendapatan mungkin menandakan bahwa ekonomi saat ini dalam kondisi yang lebih baik daripada yang ditakuti oleh pasar.

Sementara itu, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun cenderung naik menjadi 4,454%. Sedangkan untuk yield Treasury benchmark tenor 10 tahun juga cenderung naik menjadi 4,054% pada akhir perdagangan semalam waktu New York.

Di sisi lain, saat ini investor masih mengawasi dengan ketat perilisan kinerja keuangan emiten untuk menilai dampak dari inflasi yang masih meninggi dan kenaikan suku bunga The Fed. Pelaku pasar juga telah bereaksi setelah melihat hasil inflasi AS per September 2022 yang masih sangat tinggi, berada pada level 8,2%.

Ini cukup membuat pelaku pasar gelisah menunggu keputusan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) karena terus menaikkan suku bunga untuk mendinginkan kenaikan harga.

Mengacu pada FedWatch, sebanyak96,9% para pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) dan membawa tingkat suku bunga Fed ke kisaran 3,75%-4%.

Keagresifan The Fed diprediksi akan membawa perekonomian Negara Adidaya tersebut masuk ke zona resesi dan tentunya akan berdampak pada negara-negara lain di dunia.

Beralih ke kawasan Eropa, saat ini pelaku pasar masih memantau inflasi dari Inggris dan Uni Eropa Periode September yang akan rilis hari ini.

Konsensus pasar dalam polling Trading Economics memperkirakan IHK Negeri Raja Charles III tersebut akan kembali naik menjadi 10% pada bulan lalu secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Agustus lalu sebesar 9,9%.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK Inggris juga diprediksi naik menjadi 0,5% pada bulan lalu, dari sebelumnya sebesar 0,4% pada Agustus lalu.

Inggris memang sedang dalam krisis ekonomi yang akut. Hal ini didorong oleh kenaikan harga energi dan pangan yang membelit masyarakat.

Selain Inggris, data inflasi pada September 2022 juga akan dirilis di Uni Eropa.Konsensus pasar dalam polling Trading Economics memperkirakan IHK Uni Eropa juga akan kembali naik menjadi 10% pada bulan lalu secara tahunan (yoy), dari sebelumnya pada Agustus lalu sebesar 9,1%.

Dari dalam negeri, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membagikan strategi arah kebijakan suku buka acuan dalam upaya memadamkan inflasi. 

Sebagai catatan, Kamis (20/10/2022), BI akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan per Oktober yang kini tengah dibahas dalam rapat dewan gubernur (RDG).

Perry mengungkapkan bahwa koordinasi fiskal dan moneter, yakni pemerintah dan Bank Indonesia, cukup efektif menekan inflasi.

Pelaku pasar saat ini cenderung memasang mode wait and see untuk melihat kondisi perekonomian global mendatang. Selain kebijakan suku bunga, pelaku pasar perlu mencermati rilis pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022, jika lebih tinggi dari kuartal II-2022 maka akan bisa menjadi momentum inflow kembali lagi terutama bagi pasar saham.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/aum)