Dear Bos Sawit, Harga CPO Meroket Lagi! Tapi Awas Kena Prank

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
14 October 2022 09:45
FILE PHOTO: A worker unloads palm oil fruits from a lorry inside a palm oil factory in Salak Tinggi, outside Kuala Lumpur August 4, 2014.   REUTERS/Samsul Said/File Photo
Foto: Pekerja membongkar buah sawit dari sebuah truk di sebuah pabrik kelapa sawit di Salak Tinggi, di luar Kuala Lumpur 4 Agustus 2014. REUTERS / Samsul Said / File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melesat di sesi awal perdagangan Jumat (14/10/2022), setelah kemarin berakhir ambles hampir 2%. Pada pekan ini, harga CPO bergerak fluktuatif. Lantas, bagaimana prediksi harga CPO hari ini?

Mengacu pada Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan meroket 1,61% ke MYR 3.724/ton pada pukul 08:21 WIB.

Lantas, bagaimana tren harga CPO hari ini?

Wang Tao, analis komoditas Reuters menilai harga CPO akan menguji titik resistance di MYR 3.754/ton dan dapat naik ke kisaran MYR 3.824-3.919/ton.

CPO 14 OktFoto: Refinitiv
CPO 14 Okt

Minyak sawit berjangka Malaysia pada Kamis (13/10) berakhir anjlok 1,95% ke MYR 3.663/ton (US$ 781,02/ton) karena para pedagang menimbang ketersediaan CPO Malaysia yang meningkat.

Pada Selasa (11/10), Malaysian Palm Oil Board (MPOB) melaporkan bahwa persediaan CPO Malaysia pada akhir September 2022 naik 10,5% dari bulan sebelumnya menjadi 2,32 juta ton dan menjadi posisi tertinggi dalam hampir tiga tahun. Sementara Surveyor Kargo Intertek Testing Services mengumumkan ekspor CPO Malaysia pada periode 1-10 Oktober 2022, turun 17,3% dari periode yang sama pada bulan sebelumnya.

Padahal harga minyak saingan seperti minyak kedelai di Dalian ditutup melesat 1,7%. Sejatinya, harga CPO kerap dipengaruhi oleh minyak saingan karena mereka bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar di pasar nabati global. Ketika harga minyak kedelai naik, biasanya akan mengerek harga CPO pula. Namun, hal yang sebaliknya terjadi.

Sementara itu, ringgit Malaysia yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) belum dapat menopang harga CPO di pasar nabati. Pada Kamis (13/10), ringgit Malaysia terkoreksi 0,21% terhadap si greenback.

"Ringgit yang terus terdepresiasi ke level terendah 24 tahun selama tiga bulan beruntun terhadap dolar AS karena kenaikan suku bunga, tidak cukup untuk menarik permintaan ekspor yang lebih tinggi," tutur Pendiri Palm Oil Analytics (POA) Sathia Varqa dikutip Reuters.

"Meningkatnya pasokan dan meningkatnya faktor makro negatif, termasuk kenaikan inflasi dan suku bunga, kian menekan harga," tambahnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terimakasih RI! Harga CPO Dunia Jadi Lebih Murah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular