Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu perusahaan perbankan utama dunia, Credit Suisse Group AG, dikabarkan mengalami permasalahan modal dan likuiditas dan membuat cemas banyak investor. Krisis finansial global 2008 pun kembali terbayang.
Menanggapi hal itu, bank terbesar kedua di Swiss tersebut dikabarkan mencoba meredakan kekhawatiran tentang kesehatannya dalam memo kepada karyawan dan dalam panggilan telepon ke investor dan klien selama akhir pekan.
Beberapa pimpinan perusahaan mengkonfirmasi kejadian tersebut kepada sejumlah media publikasi bisnis internasional seperti The Wall Street Journal dan The Financial Times.
Menanggapi isu negatif tersebut saham Credit Suisse ambruk 10% pada pembukaan perdagangan Senin (3/10) serta anjlok hampir 30% selama sebulan terakhir. Spread pada credit-default swaps (CDS), sejenis asuransi terhadap gagal bayar (default), naik ke level tertinggi tahun ini pada hari Jumat pekan lalu.
Kondisi pasar global yang memburuk memberikan indikasi bahwa Credit Suisse berpotensi kesulitan untuk menerbitkan saham baru untuk membayar restrukturisasi yang direncanakan dengan biaya pendanaan (cost of funding) juga dapat meningkat tajam.
"Tim secara aktif terlibat dengan klien dan rekanan utama kami akhir pekan ini," kata seorang eksekutif Credit Suisse yang terlibat dalam diskusi dilansir FT. "Kami juga menerima telepon masuk dari investor top kami [yang berisi] pesan dukungan."
Eksekutif tersebut juga membantah rumor baru-baru ini yang menyebut Credit Suisse telah secara resmi mendekati investor tentang potensi meningkatkan lebih banyak modal, bersikeras bahwa bank berusaha untuk menghindari langkah tersebut di tengah melemahnya harga saham pada rekor terendah dan biaya pinjaman yang lebih tinggi karena penurunan peringkat.
Credit Suisse pada akhir Juli mengatakan akan merombak operasional bank investasinya dan keluar dari beberapa bisnis lain untuk menjadi lembaga yang lebih ramping dan kurang berisiko, menyusul bencana keuangan yang mencakup kerugian US$ 5,1 miliar tahun lalu dari klien Archegos Capital Management.
Bank Swiss memiliki bisnis domestik besar yang melayani semua jenis pelanggan dan bersaing secara global dalam manajemen kekayaan, perbankan investasi, dan manajemen aset. Sahamnya telah diperdagangkan di bawah nilai buku, metrik yang biasa diikuti oleh investor, selama bertahun-tahun ketika tim eksekutif berjuang untuk mengatasi masalah di dalam bank.
Dalam memo kepada staf pada hari Jumat, Chief Executive Ulrich Körner mengatakan kepada karyawan bahwa bank berada pada saat yang kritis sebelum menyajikan pembaruan strategi yang menguraikan rencana untuk bank investasi pada 27 Oktober. Dia juga menegaskan jangan sampai terkecoh akan kinerja harga sahamnya dengan kekuatan modal dan likuiditas.
Memo itu tampaknya memicu kekhawatiran baru dan menjadi perbincangan hangat di media sosial dan forum diskusi investasi Reddit pada hari Sabtu dan Minggu. Sejumlah warganet global ikut mengungkapkan keresahannya di Wall Street Bet, grup diskusi Reddit yang terbukti mampu menggerakkan pasar, sempat menerbangkan meme stock dan membuat hedge fund berdarah-darah.
Dalam poin pembicaraan yang diperbarui pada hari Minggu untuk para bankir dan relationship manager, Credit Suisse mengatakan memiliki penyangga modal hampir US$ 100 miliar.
Dilaporkan WSJ, aset likuid berkualitas tinggi Credit Suisse bernilai sekitar US$ 238 miliar pada akhir Juni. Sementara itu Eksposur leverage Credit Suisse adalah sekitar US$ 873 miliar pada akhir Juni, merujuk pada laporan keuangan kuartal kedua tahun ini.
Leverage merupakan terminologi akan metode untuk meningkatkan laba atas investasi dengan meminjam uang.
Beberapa kekhawatiran investor seputar kesehatan Credit Suisse telah berpusat di sekitar portofolio leverage keuangan, yang menurut bank tersebut berjumlah US$ 5,9 miliar pada 30 Juni.
Fokus utama lainnya adalah produk sekuritisasinya, dengan eksposur sekitar US$ 75 miliar untuk obligasi hipotek dan pembiayaan aset.
CEO Credit Suisse dalam memonya hari Jumat membandingkan Credit Suisse dengan burung phoenix yang terbakar namun dapat hidup kembali dan dapat membuat perusahaan menjadi lebih berkelanjutan untuk jangka panjang. Bank ini didirikan oleh Alfred Escher pada tahun 1856.
Saat ini terlalu dini untuk memberikan vonis pada Credit Suisse, mengingat data yang terungkap ke publik masih sangat terbatas.
Dalam sebuah pernyataan kepada CNBC Internasional pada hari Senin, bank tersebut mengatakan akan memberikan pembaruan pada tinjauan strateginya ketika merilis hasil kuartal ketiga pada 27 Oktober.
"Masih terlalu dini untuk mengomentari hasil potensial sebelum itu," kata pernyataan tersebut.
"Saya percaya Anda tidak membingungkan kinerja harga saham kami sehari-hari dengan basis modal yang kuat dan posisi likuiditas bank," kata CEO dalam memo staf terpisah.
Bank asal Swiss tersebut juga mengatakan kepada Reuters bahwa sedang dalam proses tinjauan strategi yang mencakup potensi divestasi dan penjualan aset.
Credit Suisse juga telah melakukan pembicaraan dengan investor untuk meningkatkan modal dengan berbagai skenario, dilaporkan Reuters, mengutip pengakuan sumber. Skenario tersebut termasuk kemungkinan bahwa bank "sebagian besar" akan keluar dari pasar AS.
Sejumlah analis tidak melihat tanda-tanda yang sama seperti kebangkrutan Lehman Brothers dalam krisis KPR AS tahun 2007 silam, yang pada akhirnya memicu krisis financial global 2008.
"Kami [tidak] melihat sesuatu yang sistemik," analis di Citi mengatakan sebuah laporan tentang kemungkinan "dampak penularan" pada bank-bank AS oleh "bank besar Eropa." Meski demikian para analis tidak menyebutkan secara eksplisit nama Credit Suisse.
"Kami memahami kekhawatiran [pasar], tetapi situasi saat bagaikan siang dan malam dari tahun 2007 karena neraca secara fundamental berbeda dalam hal modal dan likuiditas," kata laporan tersebut.
"Kami percaya saham bank AS masih sangat menarik," ungkap laporan itu.
TIM RISET CNBC INDONESIA