Bahaya... The Great Inflation Mengancam! Persiapkan Diri Anda

Muhammad Maruf, CNBC Indonesia
03 October 2022 12:00
Hubungan Suku Bunga dan Yield Obligasi
Foto: Refinitiv

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati adalah keynesian sejati. Jurus andalannya countercyclical. Berutang besar-besaran dikala ekonomi tak dapat diharapkan, dengan impian hasil stimulus di depan. Tapi siapa pula menkeu di negara lain yang tak mendadak Keynesian saat pandemi, tak satupun.

Ada duit rakyat lebih dari Rp1.100 triliun dalam APBN 2021 dan tahun ini khusus membiayai Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Mayoritas dana diperioleh dari utang, dan hasilnya pertumbuhan ekonomi 3,69% year-on-year (yoy) tahun lalu dan diharapkan 5,2% tahun ini.

Cukup membanggakan, meski jangan lupa defisit APBN juga berdarah-darah. Melampaui batas disiplin undang-undang 3% dari produk domestik bruto (PDB). Mencapai 6,14% dari pada 2020, sebesar 4,57% pada 2021 dan diproyeksikan 4,85% tahun ini.

Semua pembiayaan defisit diperoleh dengan cara berhutang melalui surat berharga negara (SBN) atau obligasi yang dilelang saban dua pekan sekali, termasuk beberapa dijual kepada ritel atau individu.

Dulu, Departemen Keuangan AS juga melakukan hal yang sama, mereka menjual obligasi untuk membiayai perang Vietnam atau war bond pada 1975. Jadi situasinya memang nyaris sama. Beda pemicu saja.

Apa yang akan terjadi pada Anda?

Makna defisit besar adalah Kemenkeu makin getol berutang via lelang SBN. Dampaknya adalah crowding effect, dimana otoritas berlomba dengan swasta di pasar untuk memperebutkan modal. Tentu saja yang menang otoritas, selain kupon bunga menarik, meminjamkan dana ke mereka jauh lebih aman.

Yang terjadi, anda, para borrower akan lebih sulit untuk bisa mendapatkan pinjaman berbiaya murah. Ini membuat langkah ekspansi bisnis bakal sulit, dan nasib sial menimpa perusahaan yang menggantungkan hidup dari utang sebagai pembayaran kembali kewajiban jatuh tempo atau refinancing. Biaya utang meningkat drastis.

DI sisi investor saham, cek lagi portofolio emiten di buku Anda, berapa rasio utangnya, debt to equity ratio (DER). Untuk jaman sulit ini, kalau bisa janganlah sampai di 0,5 kali, amit-amit bila sampai di atas 1 kali dari nilai ekuitas.

Adapun bagi pembeli obligasi negara harap bersabar, semakin banyak Kemenkeu jualan SBN, maka pasokannya akan meningkat di pasar, sementara pembelinya hanya itu itu saja, plus investor asing sudah berbondong-bondong pergi. Anda sudah tahu apa yang akan terjadi.

(mum/mum)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular