
Sekarang Era Cash is The King, Saatnya Kurangi Bobot Saham?

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi masih menjadi momok mengerikan hampir di seluruh negara di dunia. Situasi ini yang bahkan diperkirakan bakal menyeret dunia ke jurang resesi tahun depan.
Lihat saja data yang disajikan oleh Bank Indonesia (BI). Inflasi negara berkembang saat ini rata-rata sudah di atas 10%. Sedang inflasi negara maju sudah melebihi 8%. Padahal, inflasi di kawasan ini sebelumnya masih sekitar 0%.
Biang keladi kondisi tersebut tak lain tak bukan akibat perang Rusia-Ukraina yang mengganggu pasokan kebutuhan pokok dunia. "Akibatnya semua energi, komoditas naik, berlanjut proteksionisme pangan, heat wave di China dan Eropa yang menerus memberikan tekanan inflasi," jelas Deputi Gubernur BI Aida S Budiman, Rabu (28/9/2022).
Untuk menahan laju inflasi tersebut, banyak negara terutama di negara Pam Sam, melakukan normalisasi kebijakan. BI memperkirakan Bank Sentral AS masih akan meningkatkan suku bunga acuan atau fed fund rate hingga 2023.
"Kita kenal istilah higher for longer yang menimbulkan ketidakpastian global dan pasar keuangan, diikuti Eropa. Sehingga mata uang dolar AS mengalami peningkatan tertinggi dalam sejarahnya dan mengalami tekanan cash is the king," jelas Aida.
Kondisi Bursa Saham
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini memang berhasil menguat setelah sempat dibuka melemah pagi tadi. Tapi, penguatan ini terjadi setelah beberapa hari sebelumnya sempat anjlok dalam.
IHSG anjlok 0,67% ke 7.130,64 di pembukaan perdagangan pekan ini. Tak lama setelah itu, IHSG melemah lebih dari 1% dan semakin mendekati level psikologis 7.100. IHSG bahkan sempat melemah 1,78% ke level 7.050.
Meski berhasil rebound hari ini, namun tidak ada yang bisa memastikan IHSG punya cukup tenaga untuk terus menguat. Terlebih, bursa Asia sendiri masih berguguran.
Pagi tadi, beberapa bursa Asia-Pasifik kembali terkoreksi parah pada perdagangan Rabu (28/9/2022) pagi waktu Indonesia, di tengah masih lesunya bursa saham global.
Per pukul 09:30 WIB, beberapa indeks saham terkoreksi hingga lebih dari 2%, di antaranya indeks Nikkei 225 Jepang yang ambruk 2,21% ke posisi 25.984,51, Hang Seng Hong Kong anjlok 2,48% ke 17.417,63, dan KOSPI Korea Selatan longsor 2,51% menjadi 2.168,11.
Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura merosot 1,03% ke 3.132,81, ASX 200 Australia terkoreksi 0,86% ke 6.440,3, Shanghai Composite China melemah 0,76% ke 3.070,39, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpangkas 0,47% menjadi 7.078,82
Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menjelaskan, IHSG untuk hari ini memang bakal terus berfluktuasi. Sebab, pasar masih diselimuti oleh kekhawatiran yang sama.
Situasi itu juga yang mendorong harga komoditas berguguran. Sehingga, yang paling bijak untuk dilakukan saat ini adalah memperbesar porsi uang tunai alias cash.
"Strategi portofolio paling bijak saat ini dan beberapa waktu ke depan adalah memperbesar porsi cash dan mengurangi bobot saham. Terutama, saham berbasis komoditas," terang Edwin.
Setali tiga uang, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Maximilianus Nico Demus menjelaskan, tidak salah jika menyiapkan cash lebih banyak dalam situasi saat ini. Terlebih, bagi investor yang tidak memiliki profil risiko tinggi.
"Karena profil risiko investor itu berbeda. Oleh karena itu, kalau kita perhatikan, bagi teman teman yang mungkin tidak dapat menerima volatilitas, menahan diri untuk masuk ke dalam pasar saham merupakan pilihan," ujar Nico.
Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menjelaskan, IHSG bakal terus berfluktuasi. Sebab, pasar masih diselimuti oleh kekhawatiran yang sama.
Situasi itu juga yang mendorong harga komoditas berguguran. Sehingga, yang paling bijak untuk dilakukan saat ini adalah memperbesar porsi uang tunai alias cash.
"Strategi portofolio paling bijak saat ini dan beberapa waktu ke depan adalah memperbesar porsi cash dan mengurangi bobot saham. Terutama, saham berbasis komoditas," terang Edwin.
Setali tiga uang, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Maximilianus Nico Demus menjelaskan, tidak salah jika menyiapkan cash lebih banyak dalam situasi saat ini. Terlebih, bagi investor yang tidak memiliki profil risiko tinggi.
"Karena profil risiko investor itu berbeda. Oleh karena itu, kalau kita perhatikan, bagi teman teman yang mungkin tidak dapat menerima volatilitas, menahan diri untuk masuk ke dalam pasar saham merupakan pilihan," ujar Nico.
(dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000