
Dolar AS Tembus Rp15.200, BI: Rupiah Seharusnya Lebih Kuat

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) melihat posisi rupiah harusnya lebih kuat dari sekarang, seiring dengan catatan fundamental perekonomian nasional yang terus membaik.
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah terdepresiasi pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,2% ke Rp 15.150/US$. Kemudian, rupiah kembali terkoreksi lebih dalam sebesar 0,73% ke Rp 15.230/US$ pada pukul 11:00 WIB.
"Seharusnya nilai fundamental rupiah akan lebih kuat lagi," ungkap Deputi Gubernur BI Aida S Budiman dalam Diskusi Publik Memperkuat Sinergi untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian, Rabu (28/9/2022).
Fundamental perekonomian yang membaik antara lain diukur dari pemulihan ekonomi yang terus berlanjut dan diperkirakan tumbuh di atas 5% pada 2022. Inflasi relatif terkendali dibandingkan negara lain meskipun ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Perekonomian Indonesia juga ditopang oleh neraca perdagangan yang masih surplus serta cadangan devisa yang mencapai US$ 132,2 miliar pada akhir Agustus.
BI sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 4,25% pada beberapa hari lalu. Tujuannya untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Kondisi sekarang dipengaruhi oleh eksternal, khususnya ekonomi global yang diramal terus memburuk dan perubahan kebijakan moneter oleh Bank Sentral AS Federal Reserve (the Fed). Sehingga banyak investor lebih mencari posisi aman dengan memegang dolar AS.
"Yang jadi titik permasalahan USD makin kuat, maka investasi portofoliio terjadi adjusment orang ingin pegang aset aman jadi berbalik ke aset tersebut," terangnya.
Indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya kembali menyentuh rekor tertinggi selama dua dekade pada awal perdagangan hari ini ke posisi 114,68. Namun, pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS kembali ke posisi 114,54, memangkas penguatannya hanya menjadi 0,38%.
Meski demikian, menurut Aida, rupiah masih lebih baik dibandingkan banyak negara lain. Secara year to date (ytd), rupiah alami pelemahan 4,97%. Sementara mata uang negara lain seperti Baht Thailand, Peso Filipina, Rupee India dan Won Korea Selatan jauh lebih buruk.
"Dibandingkan negara lain kita berhasil jaga tekanan depresiasi," tegasnya.
(mij/mij)
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer


Ironi Anggaran Pertahanan Indonesia 1% terhadap PDB

Pengganti Starlink Makin Kencang Kejar Setoran Sampai 2026

Matahari Tutup 2 Toko Dalam Sebulan, Bos Ritel-Mal Tegas Bilang Ini

Ledakan Gempa Langit Terdengar Lantang di Banyak Negara

Makin Ambles, Harga Batu bara Cetak Rekor Terburuk

Mobil Ini Paling Gak Laku di RI, Cuma Terjual 3 Unit

Bos BlackRock Sebut Rajin Menabung Bikin Susah Saat Pensiun, Kenapa?
