Rupiah Masih Mending, Mata Uang Ini Anjloknya Paling Parah!
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terkoreksi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Senin (26/9/2022) dan menyentuh level terendahnya sejak hampir 2 tahun. Apa pemicunya?
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah melemah pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,1% ke Rp 15.050/US$. Kemudian, rupiah kembali terkoreksi sebesar 0,5% ke Rp 15.110/US$ pada pukul 11:00 WIB. Posisi tersebut menjadi level terendahnya sejak 28 April 2020.
Pelemahan Mata Uang Garuda tak terlepas dari keperkasaan indeks dolar AS di pasar spot. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS terpantau menguat cukup tajam 0,71% ke posisi 113,98 dan menyentuh rekor tertingginya sejak 20 Mei 2002.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan di sepanjang tahun ini hingga 22 September 2022, dana asing terus keluar dari dalam negeri (outflow) hingga menyentuh Rp 148,11 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Sementara, khusus pada periode 19-22 September 2022, dana asing telah melakukan capital outflow senilai Rp 3,8 triliun di pasar SBN.
Hal tersebut terjadi setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bps) dan mengirim tingkat suku bunga ke kisaran 3%-3,25% dan menjadi posisi tertinggi sejak awal 2008.
Keagresifan The Fed membuat situasi ekonomi menjadi tidak pasti dan potensi resesi global kian meningkat, sehingga membuat pelaku pasar menghindari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Tidak heran, rupiah pun tertekan.
Bahkan, pejabat The Fed kembali mengisyaratkan kenaikan suku bunga hingga tingkat dana mencapai titik akhir sebesar 4,6% pada 2023. Ini menyiratkan kenaikan suku bunga seperempat poin tahun depan tetapi tidak ada penurunan.
Sejumlah bank investasi seperti Goldman Sachs dan Barclays pun menaikkan perkiraan mereka untuk suku bunga Fed.
Goldman Sachs dan Barclays Research memprediksikan bahwa The Fed akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 bps pada November 2022, 50 bps pada Desember 2022, dan 25 bps pada Februari 2023 sebagai puncaknya dengan tingkat suku bunga berada di 4,5%-4,75% di 2023, lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya di 4%-4,25%.
Ekonom Societe Generale juga memproyeksikan bahwa perekonomian AS akan melambat dan masuk ke zona resesi pada tahun 2024.
"Kami memproyeksikan resesi ringan pada awal 2024. Langkah Fed meningkatkan keyakinan dan risikonya adalah potensi resesi lebih awal," tutur analis Societe Generale dikutip Reuters.
Di Asia, mayoritas mata uang juga tertekan, hanya dolar Hong Kong yang stagnan terhadap dolar AS. Baht Thailand menjadi mata uang berkinerja terburuk hari ini, di mana melemah 0,67% terhadap greenback. Kemudian disusul oleh yuan China dan rupiah yang terkoreksi masing-masing sebesar 0,56% dan 0,5% di hadapan dolar AS.
Namun, secara year to date, rupiah berhasil menduduki juara kedua, di mana pelemahan terhadap dolar AS terbilang lebih kecil dibandingkan dengan mata uang lainnya di Asia. Rupiah hanya kalah dengan dolar Hong Kong yang melemah 0,7% terhadap dolar AS, sementara rupiah terkoreksi 5,2%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)