
Pasar Mata Uang Amburadul, Dolar Australia di Bawah Rp 10.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar mata uang sedang bergejolak sejak Jumat (23/9/2022) pekan lalu, dan berlanjut pada perdagangan hari ini. Rupiah pun menjadi salah satu mata uang yang terkena dampaknya, meski demikian melawan dolar Australia masih cukup kuat.
Pada perdagangan Senin (23/9/2022), dolar Australia sempat merosot 0,64% ke Rp 9.750/AU$, yang merupakan level terlemah dalam lebih dari 2 tahun terakhir. Setelahnya, dolar Australia bangkit dan berada di Rp 9.856/AU$ pada pukul 9:27 WIB, menguat 0,43%.
Gejolak di pasar keuangan terjadi menyusul jebloknya nilai tukar pounsterling Inggris.
Pada perdagangan Jumat pekan lalu nilai tukar poundsterling Inggris ambrol hingga 3,5% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke US$ 1.0856/GBP pada perdagangan Jumat pekan lalu. Level tersebut merupakan yang terlemah dalam 37 tahun terakhir.
Rekor terlemah poundsterling tercatat di US$ 1,0520 yang tercatat pada 26 Februari 1985. Artinya, poundsterling kini berjarak 3% saja dari rekor terlemah. Sepanjang tahun ini, poundsterling sudah ambrol nyaris 20%.
Ambruknya poundsterling terjadi setelah pemerintah Inggris mengumumkan era baru perekonomian yang berfokus pada pertumbuhan, termasuk pemangkasan pajak serta insentif investasi untuk dunia usaha.
Para pelaku pasar khawatir utang Inggris akan kembali meningkat, Padahal rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) saat ini lebih dari 100%, tertinggi dalam 60 tahun terakhir.
Analis dari Citi mengatakan, Inggris risiko mengalami krisis mata uang, sebab poundsterling bisa ke bawah level paritas (GBP1 = US$ 1).
Kurs euro sudah lebih dulu berada di bawah level paritas. Mata uang 19 negara ini berada di level terlemah dalam 20 tahun terakhir. Euro juga merosot nyaris 15% sepanjang tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Lagi Kuat, Tapi Tak Sanggup Libas Dolar Australia
