Gara-gara Fed Effect, Harga Nikel Tergelincir!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel dunia melemah pada perdagangan hari ini karena tertekan dolar Amerika Serikat yang menembus rekor tertinggi dua dekade.
Pada Kamis (22/9/2022) pukul 16.30 WIB harga nikel dunia tercatat US$24.900 per ton, turun 0,20% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Dolar Amerika Serikat menguat ke rekor tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Indeks dolar (yang mengukur Greenback dengan enam mata uang lain) tercatat 111,013.
Penguatan dolar didorong oleh kenaikan suku bunga bank sentral AS sebesar 75 basis poin ke target 3,00% - 3,25% pada pertemuan yang berakhir dini hari tadi waktu Indonesia. Kenaikan sebesar 75 basis poin jadi yang ketiga kali secara beruntun.
Ketua Fed Jerome Powell berjanji untuk mengalahkan inflasi hingga ke target yakni 2%. Bahkan Powell tak segan untuk mengorbankan ekonomi karena dianggap beban permasalahan terbesar adalah inflasi.
"Kita harus mendapatkan inflasi di belakang kita. Saya berharap ada cara tanpa rasa sakit untuk melakukan itu. Tidak ada," kata Powell dalam konferensi pers di Washington pada hari Rabu.
"Suku bunga yang lebih tinggi, pertumbuhan yang lebih lambat, dan pasar tenaga kerja yang melemah, semuanya menyakitkan bagi publik yang kami layani. Tapi mereka tidak separah gagal mengembalikan stabilitas harga dan harus kembali dan melakukannya lagi," sambung Powell.
Dolar yang menguat menjadi sentimen negatif bagi nikel yang dibanderol dengan Greenback sebab menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Permintaan turun, maka harga mengikuti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)