
Saham Hingga Emas Ambrol, Pertanda 'Kiamat' Pasar Finansial?

Ketika pasar saham ambrol, emas biasaya akan berkilau. Menyadang status safe haven, begitu juga dianggap lindung nilai terhadap inflasi secara tradisional, emas akan menjadi buruan para investor.
Tetapi di tahun ini nasibnya berbeda, emas justru ambrol.
Melansir data Refintiv, harga emas dunia pada perdagangan Kamis kemarin jeblok nyaris 2% ke US$ 1.663/troy ons. Level tersebut merupakan yang terendah dalam lebih dari 2 tahun terakhir.
Sepanjang tahun ini, harga emas ambrol lebih dari 9%.
Jebloknya emas dunia turut menyeret harga emas batangan di dalam negeri. Emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk atau yang dikenal dengan emas Antam dengan berat 1 gram hari ini diperdagangkan di Rp 933.000/batang, terendah sejak 2 Februari lalu.
Jebloknya harga emas tidak lepas dari agresifnya The Fed dan bank sentral lainnya dalam menaikkan suku bunga. Yield obligasi AS (Treasury) menjadi melejit, begitu juga dengan obligasi negara lainnya.
Treasury sama dengan emas, dianggap sebagai safe have. Ketika yield (imbal hasil) semakin tinggi, maka emas tidak akan menarik. Sebab, emas merupakan aset tanpa imbal hasil.
Selain itu, agresifnya The Fed menaikkan suku bunga membuat indeks dolar AS melesat ke level tertinggi dalam lebih dari 20 tahun terakhir.
Artinya, dolar AS sedang mahal-mahalnya. Hal ini juga menekan harga emas, sebab permintaan fisik berisiko menurun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
