
Bank Mini Ramai Rights Issue Hingga Jokowi Setop Ekspor Timah

7. Manuver Buyung Poetra, Dari Bisnis Beras Masuk ke Asuransi
PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI), emiten yang memproduksi beras bermerek HOK-1 dan Topi Koki baru saja mendirikan anak bernama PT Hoki Investasi Sejati. Anak usaha anyar ini bergerak di di bidang Aktivitas Keuangan, Asuransi, Aktivitas Profesional, Ilmiah.
Victor R. Lanes Corporate Secretary HOKI menyebutkan telah menempatkan modal dasar senilai Rp100 miliar yang terbagi 100.000 lembar saham. Dari modal dasar tersebut, telah ditempatkan dan disetor penuh sebesar 25% yaitu sejumlah 25.000 lembar saham dengan nilai nominal seluruhnya sebesar Rp 25 miliar.
HOKI memiliki sebanyak 24.975 lembar yang keseluruhannya bernilai nominal Rp 24,97 miliar yang mewakili 99,9% dari modal ditempatkan dan disetor. Sementara, Sukarto Bujung atas saham sejumlah 25 lembar yang keseluruhannya bernilai nominal Rp 25 juta yang mewakili 0,1% dari modal ditempatkan dan disetor.
Berdasarkan keterbukaan informasi, yang dikutip Rabu (7/9/2022) anak usaha ini sudah memiliki berbadan hukum Perseroan Terbatas sesuai dengan ketentuan Undang Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, dengan nama PT HOKI INVESTASI SEJATI, dengan Akte Pendirian No.5 tertanggal 05 September 2022, yang dibuat di hadapan Rini Yulianti, S.H. Notaris di Jakarta dan disahkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-0175597.AH.01.11.Tahun 2022 tertanggal 06 September 2022.
8. Direktur Adaro Minerals Cuan Nih Beli Saham ADMR
Direktur Adaro Minerals Wito Krisnahadi melaporkan bahwa dirinya membeli saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) sebanyak 60 ribu lembar saham sehingga saham yang dimilikinya meningkat dari 69 ribu menjadi 129 ribu.
"Tujuan pembelian ini adalah untuk investasi dan dilakukan pada 29 dan 30 Agustus 2022 dengan status kepemilikan langsung," jelas Wito dalam keterbukaan informasi, dikutip Rabu (7/9/2022).
Adapun harga pembelian: Rp 1.620 dan Rp 1.625 per saham dan penjualan: Rp 1.675 dan Rp 1.690 per saham. Meski demikian, tidak disebutkan berapa nilai transaksi pembelian secara keseluruhan.
Untuk diketahui, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), emiten tambang batu bara anak usaha dari PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) membukukan kenaikan laba signifikan pada semester I-2022. Laba bersih nyaris naik 500% yang diiringi kenaikan penjualan perseroan pada periode tersebut.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, laba bersih tercatat naik 490,97% dari US$ 34,18 juta menjadi US$ 202 juta atau setara Rp 3 triliun.
Dari sisi pendapatan, tercatat mengalami peningkatan 165,40% menjadi US$ 435,66 juta atau setara Rp 6,48 triliun dibanding periode sebelumnya US$ 164 juta. Sementara itu, beban pokok penjualan naik 44,80% menjadi US$ 148,24 juta atau setara Rp 2,21 triliun dari US$ 102,37 juta.
9. Black Diamond Targetkan Produksi Batu Bara 2022 Naik 300%
Emiten batu bara terbaru, PT Black Diamond Resources Tbk (COAL) menargetkan produksi dan penjualan naik 300% pada 2022 dibandingkan tahun lalu.
Donny Janson Manua, Direktur Utama COAL mengatakan target produksi tahun ini antara 800 ribu hingga 900 ribu ton dan diharapkan semua yang diproduksi bisa dijual.
"Target produksi hingga 900 ribuan ton dan dijual semua, ini tiga kali lipat atau setara 300% dari tahun lalu yang produksinya mencapai 260 ribu ton," jelas Donny kepada Media usai pencatatan saham COAL di Papan Pengembangan BEI, Rabu (7/9/2022).
Tahun lalu, produksi baru 260 ribu ton menurut Donny disebabkan karena perusahaan masih baru. Namun target naik tiga kali lipat disinyalir karena unit-unit alat dan support produksi tahun ini sudah lebih siap.
"Secara porsi penjualan 75% adalah untuk ekspor dan 25% untuk penggunaan domestik, seperti anjuran pemerintah," kata Donny.
Secara rinci, ekspor yang dilakukan COAL kepada beberapa negara seperti Vietnam, Bangladesh, dan yang terbesar adalah China dengan porsi mencapai 50%.
COAL juga berharap profit tahun ini bisa tumbuh 3x lipat dari tahun lalu Rp 27 miliar menjadi Rp 83 miliar.
10. Duh! Duit Karyawan INCO yang Nyangkut di Wanaartha Rp 220 M
Korban Wanaartha Life kembali bertambah. Giliran PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang masuk dalam daftar tersebut.
Pasalnya, program asuransi jiwa yang sekaligus memberikan tambahan manfaat investasi saat akhir kontrak atawa saving plan INCO rupanya disimpan di dua perusahaan asuransi, salah satunya PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha alias Wanaartha Life. Nilainya cukup signifikan, mencapai sekitar Rp 220 miliar.
Mengutip laporan keuangan, INCO dan Wanaartha menandatangani perjanjian pengelolaan program saving plan untuk para karyawan sejak bulan Desember 2017 untuk jangka waktu tiga tahun. Sehingga, perjanjian ini berakhir di Desember 2020.
Karena adanya kekhawatiran dari komite pensiun perseroan terkait keberlangsungan usaha Wanaartha, dan untuk tujuan mengamankan dana saving plan yang dikelola oleh Wanaartha sekitar Rp 220 miliar atau setara dengan AS$ 14,8 juta,komite pensiun Perseroan merekomendasikan untuk mengakhiri perjanjian dengan Wanaartha.
Pemberitahuan pengakhiran perjanjian dikirimkan pada akhir bulan Februari dan berlaku efektif pada tanggal 27 Maret 2020, dan kewajiban pembayaran atas seluruh kewajiban Wanaartha diharapkan untuk dilaksanakan paling lambat pada tanggal 8 April 2020.
"Wanaartha telah menyetujui pengakhiran perjanjian, namun demikian Wanaartha menyampaikan bahwa mereka mengalami kesulitan untuk melaksanakan kewajibannya karena rekening Wanaartha sedang dibekukan oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia," seperti dikutip dari laporan keuangan, Rabu (7/9/2022).
Karena pembayaran belum diterima, perseroan telah melakukan upaya penyelesaian sengketa berdasarkan perjanjian dan melakukan arbitrase berdasarkan aturan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) di Jakarta.
11. Berkat Segmen Korporasi, Kredit BNI Tahun Ini Bisa Tumbuh 10%
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) berkomitmen untuk menjaga pertumbuhan kredit hingga akhir tahun ini berada di kisaran 7% hingga 10%, dengan segmen korporasi menjadi salah satu motor pertumbuhan.
Direktur Corporate & International Banking BNI Silvano Rumantir menyampaikan, bahwa fokus BNI untuk ekspansi kepada nasabah blue chip dilakukan sejalan dengan kebijakan strategis yang sudah ditetapkan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) dengan kebijakan manajemen risiko yang prudent.
"Pertumbuhan bisnis segmen korporasi memberikan multiplier effect yang besar terhadap ekonomi dan dalam jangka panjang serta dapat menghasilkan portofolio bisnis yang berkelanjutan bagi perseroan," kelas Silvano dalam keterangan resmi, Rabu (7/9/2022).
Dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional, BNI mencatat banyak korporasi yang semakin adaptif dan terus semakin kuat menjadi katalis pemulihan ekonomi. Target utama BNI adalah nasabah-nasabah unggulan di masing-masing sektor, beserta dengan value chain business partnernya.
Pada semester pertama 2022 ini, BNI berhasil mencatatkan outstanding kredit korporasi sebesar Rp 311,2 triliun, atau naik 8,28% secara tahunan (YoY) terutama didorong oleh pertumbuhan di segmen korporasi blue chip.
Momentum penyaluran kredit korporasi BNI dalam beberapa kuartal terakhir semakin membaik di mana penyaluran kredit selama kuartal 2 di tahun ini merupakan yang tertinggi pasca pandemi.
"Kami rasa momentum ini masih akan berlanjut di semester kedua tahun ini. Kami melihat masih banyak peluang yang bisa kami garap di segmen korporasi. Pertumbuhan domestic consumption yang relatif kuat akan mendorong perusahaan di berbagai sektor untuk melakukan ekspansi bisnis," jelas dia.
(vap/vap)[Gambas:Video CNBC]