Diam-diam Harga Perak Cetak 'Hattrick', Fed Effect Pudar?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga perak dunia terpantau menguat pada perdagangan siang hari ini, mencatatkan kenaikan tiga hari beruntun.
Pada Selasa (6/9/2022) pukul 11:08 WIB harga perak dunia di pasar spot tercatat US$18,26 per ons, naik 0,54% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Mata uang dolar Amerika Serikat turun dari posisi tertingginya dalam 20 tahun terakhir memberi dukungan kepada harga perak yang dibanderol dengan greenback. Sebab menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Saat ini dollar index (yang mengukur greenback dengan enam mata uang utama) tercatat 109,639, turun dari rekor tertinggi dalam 2 dekade terakhir di 109,826. Di sisi lain, permintaan akan logam mulia sebagai lindung nilai diyakini meningkat seiring dengan kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia.
Zona Eropa hampir pasti mengalami resisi, di mana krisis biaya hidup yang makin mahal dan prospek ekonomi yang suram membuat konsumen menahan konsumsi.
Rusia yang menghentikan aliran gas melalui pipa utama ke Eropa memicu kekacauan pasokan energi di beberapa negara Uni Eropa hingga muncul wacana pembatasan energi. Hal ini meningkatkan harga sehingga mendorong inflasi semakin panas.
Kondisi seperti itu yang dinilai oleh para pelaku pasar dapat membuat laju pertumbuhan ekonomi dunia melambat dan menguntungkan safe haven seperti perak. Akan tetapi laju kenaikannya dibatasi oleh prospek kenaikan suku bunga acuan.
Saat ini, para pelaku pasar melihat suku bunga akan naik 75 basis poin (bp) pada pertemuan The Fed pada 21 September nanti. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 50 bp ke 2,75-3% adalah 40,0%. Sementara kemungkinan kenaikan 75 bp adalah 60,0%.
Kenaikan suku bunga membuat perak yang tidak memberikan imbal hasil menjadi tidak menarik bagi investor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)