Gegara China, Harga Karet Ambrol 4% Lebih!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga karet merosot sepanjang pekan ini. Permintaan yang diperkirakan akan menurun, diperparah dengan kebijakan lockdown yang dilakukan China membuat harga karet menyentuh level terendah 10 bulan.
Melansir data Refinitiv, harga karet di bursa berjangka Jepang hari ini turun 1% ke JPY 216,6/kg. Level tersebut merupakan level terendah sejak 8 Oktober 2021 lalu. Sepanjang pekan ini, karet merosot sebesar 4,2%.
Permintaan dari sektor otomotif terancam melambat. Seperti diketahui, sektor otomotif merupakan konsumen terbesar karet. Sementara, Toyota Motor Corp. melaporkan produksi kendaraan di bulan Juli turun sebesar 8,6% year-on-year (yoy), dan tidak mencapai target dalam 4 bulan beruntun.
Dengan penurunan tersebut, produsen otomotif terbesar di dunia berdasarkan penjualan tersebut diperkirakan akan menurunkan target produksinya, artinya permintaan karet akan menurun.
Selain itu, perekonomian China salah satu konsumen terbesar karet, yang menunjukkan tanda-tanda "sakit" semakin memperburuk nasib karet.
Data dari China yang dirilis Rabu lalu menunjukkan aktivitas sektor manufaktur yang mengalami kontraksi dua bulan beruntun. Aktivitas manufaktur yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI) Agustus sebesar 59,4, naik dari bulan sebelumnya 59.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya artinya kontraksi, sementara di atas 50 adalah ekspansi.
Meski mengalami kenaikan, tetapi sektor manufaktur China masih mengalami kontraksi. Sektor manufaktur yang terkontraksi, maka permintaan karet akan masih lemah.
Kondisi ini diperparah dengan kebijakan lockdown yang terus diterapkan.
Shenzhen, pusat teknologi informasi di Negeri Tirai Bambu, memperluas karantina wilayah (lockdown) untuk meredam penyebaran virus corona.
Pemerintah setempat memutuskan untuk melarang acara di luar ruangan. Sementara lokasi hiburan dalam ruangan juga ditutup untuk sementara.
Sebanyak 10 distrik di Shenzhen, yang total berpenduduk 13 juta jiwa, kini juga tidak bisa menikmati makan-minum di restoran. Aktivitas belajar-mengajar di sekolah pun ditiadakan. Pemerintah meminta warga untuk tidak bepergian ke luar kota kecuali untuk urusan mendesak.
Meski sudah lebih dari dua tahun, pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih saja membuat negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu 'parno'. Kebijakan tanpa toleransi (zero tolerance) terhadap Covid-19 masih berlaku. Begitu ada kluster penyebaran, lockdown jadi jawaban.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)