
Stok Makin Numpuk! Harga Timah Ambles, Kapan Naiknya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga timah dunia terpantau melemah pada sesi perdagangan hari ini pasca China sebagai konsumen timah terbesar masih menerapkan kebijakan lockdown sehingga mendorong industri di China kembali lesu dan berpotensi melemahkan permintaan.
Harga timah di pasar logam dunia, London Metal Exchange (LME) pada Jumat (2/9/2022), pukul 15.15 WIB tercatat US$ 20.290 per ton, ambrol 3,66% dibandingkan harga penutupan kemarin yakni US$ 21.060 per ton.
Persediaan timah di gudang yang dipantau oleh bursa logam London (LME) terus naik mencapai posisi tertinggi sejak Desember 2020.
Pada 1 September 2022 persediaan timah di gudang LME tercatat 4.495 ton, naik 53,2% point-to-point (ptp) sejak awal bulan Juni Lalu.
Hal ini menjadi indikasi bahwa permintaan timah dunia masih tertekan sehingga persediaan di gudang terus menumpuk.
Dari sisi permintaan timah berpotensi menurun. China merupakan konsumen timah terbesar di dunia. Konsumsi timah China mencapai 216.200 ton pada tahun 2020.
Saat ini, China kembali melakukan lockdown untuk melawan penyebaran virus Covid-19. Seperti diketahui, China masih memberlakukan zero Covid, sehingga ketika ada kasus baru maka mereka akan langsung lockdown wilayahnya.
Kota metropolitan Chengdu di barat daya Tiongkok mengumumkan penguncian 21,2 juta penduduknya saat pengujian massal Covid-19 di seluruh kota selama empat hari. Per Rabu (31/8), Chengdu melaporkan sebanyak 157 kasus Covid-19.
Penduduk Chengdu, ibu kota provinsi Sichuan, diperintahkan untuk tinggal di rumah mulai pukul 6 sore pada hari Kamis (1/9), di mana setiap keluarga diizinkan mengirim satu orang per hari untuk berbelanja kebutuhan.
Penerbangan ke dan dari Chengdu secara dramatis dibatasi, menurut data Flight Master. Pada pukul 10 pagi waktu setempat pada Kamis (1/9/2022), sebanyak 398 penerbangan telah dibatalkan di Bandara Shuangliu. Sementara di Bandara Tianfu Chengdu, sebanyak 725 penerbangan, dibatalkan.
Kota-kota besar lainnya termasuk Shenzhen di selatan dan Dalian di timur laut juga telah meningkatkan pembatasan Covid minggu ini, mulai dari persyaratan kerja dari rumah hingga penutupan bisnis hiburan di beberapa distrik.
Kekhawatiran tentang permintaan China diperkuat setelah otoritas kesehatan menutup pasar elektronik terbesar di dunia yaitu Huaqiangbei yang terletak di Shenzhen. Sebanyak 24 stasiun kereta bawah tanah (subway) juga ditutup sementara.
Ini membuat perekonomian Negeri Panda maju-mundur. Saat 'keran' aktivitas masyarakat mulai dibuka, ekonomi mulai bergeliat, beberapa waktu kemudian 'digembok' lagi. Alhasil, industri di China kembali lesu.
Tekanan lainnya datang dari wacana kenaikan suku bunga bank sentral merespons inflasi yang melambung tinggi. Pengetatan kebijakan moneter tersebut dikhawatirkan dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi, bahkan hingga resesi.
Di bulan September ini bank sentral AS akan kembali mengadakan rapat untuk memutuskan kebijakan moneternya. Pelaku pasar memperkirakan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps lagi di bulan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/vap) Next Article Breaking News: Harga Timah Lompat 7%!