Tarif Naik Tapi Komisi Diminta Turun, Nasib GOTO Bagaimana?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
26 August 2022 15:40
GoTo
Foto: Dok GoTo

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan tarif ojek online (ojol) yang diatur Kementerian Perhubungan (Kemenhub) resmi akan dimulai Senin (29/8) pekan depan. Kenaikan ini ini sebelumnya sempat ditunda selama dua minggu.

Kenaikan tarif merupakan berita gembira bagi emiten internet raksasa Indonesa Goto Gojek Tokopedia (GOTO). Sebab, kenaikan ini berarti terdapat potensi kenaikan pendapatan perusahaan.

Kenaikan tarif minimal juga tampaknya tidak terlalu berpengaruh signifikan pada operasional Gojek. Sebab, aturan tersebut hanya mengatur batas bawah atau biaya jasa minimal.

Di Jakarta yang merupakan pasar terbesar Gojek, batas bawah ojol akan naik menjadi Rp 13.000-13.500 dari semula Rp 8.000-10.000. Tapi di lapangan, saat ini tarif minimum di wilayah Jakarta sudah mencapai Rp 14.000, bahkan sebelum Kemenhub mengumumkan aturan baru tersebut.

Kenaikan biaya jasa minimal tersebut pada dasarnya justru memberikan keleluasaan bagi GOTO untuk menaikkan kembali harga yang ditawarkan ke pelanggan, mengingat tidak ada aturan harga maksimal.

Meski demikian, dampak kenaikan harga secara agresif perlu dipertimbangkan. Promo yang semakin langka di tambah harga minimal yang semakin tinggi tentu akan membuat jasa yang ditawarkan semakin kurang atraktif.

Direktur Center for Policy and Public Management Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) Yudo Anggoro mengungkapkan keputusan Kementerian Perhubungan untuk menaikkan tarif ojek online antara 30% hingga 50% akan berdampak luas. Salah satunya permintaan masyarakat terhadap ojek online berpotensi mengalami penurunan yang signifikan.

Selain itu, kecaman mitra ojol daerah atas disparitas pendapatan dengan mitra di Ibu Kota, akan membuat keputusan Gojek menaikkan tarif yang saat ini sudah berada di atas biaya jasa minimal semakin sulit untuk diambil.

Gojek tentu dapat meningkatkan tarif di daerah. Akan tetapi, daya beli masyarakat yang jauh lebih rendah membuat keputusan tersebut juga sama sulitnya.

Gojek belum memberikan pengumuman terbaru terkait kenaikan tarif ojol yang mulai diberlakukan minggu depan. Akan tetapi jika perusahaan memutuskan untuk menaikkannya ini akan menjadi kabar baik bagi pemegang saham GOTO.

CLSA dalam riset terbarunya menaikkan peringkat GOTO dari semua hold, kini menjadi buy. Rasionalisasi utama adalah terkait aturan baru Kemenhub.

Dengan asumsi volume dan jumlah transaksi yang konstan, Analis CLSA memperhitungkan setiap penambahan Rp 1.000 akan meningkatkan pendapatan GOTO sebanyak 30% dari pendapatan di full year 2021.

Kenaikan tarif ojol sejatinya tidak hanya menguntungkan perusahaan, mengingat manfaat paling besar sejatinya dinikmati oleh para sopir atau driver ojol. Akan tetapi potensi tambahan pendapatan dari kenaikan tarif tampaknya tidak cukup membuat sopir ojol senang, dan meminta agar potongan komisi atau take rate yang diambil Gojek juga dapat ikut turun.

Pendapatan yang tergerus oleh inflasi tinggi, serta antisipasi atas potensi kenaikan BBM tampaknya sebagian alasan yang mendasarinya. Asosiasi Pengemudi Ojek Daring Garda Indonesia meminta agar biaya potongan sewa aplikasi yang dibebankan kepada pengemudi ojek daring dapat diatur oleh pemerintah.

Tak tanggung-tanggung mereka menginginkan Gojek-Grab memotong 50% komisi yang diperoleh. Potongan yang tadinya berkisar 20% diharapkan oleh asosiasi dapat turun menjadi maksimal 10%.

Di level bisnis, tuntutan ini tampaknya hampir pasti tidak digubris oleh pihak GOTO. Hal ini karena turunnya komisi tersebut akan memangkas pendapatan grup secara signifikan, yang pada akhirnya membuat kerugian perusahaan membengkak.

Besaran komisi yang diambil GOTO, sangat sensitif terhadap peluang kesuksesan bisnisnya. Riset CSLA menyebut kenaikan gross take-rate 10 bps yang mungkin akan berdampak ke sekitar 10% pertumbuhan tahunan pendapatan bersih GOTO dibandingkan tahun 2021.

Berdasarkan paparan publik GOTO terbaru, hingga akhir kuartal pertama tahun ini take rate untuk Gojek adalah 21% atau naik dari 19,2% setahun lalu. Sedangkan komisi Tokopedia tercatat sebesar 2,9%, naik dari 2,5% setahun lalu.

Apabila perusahaan memenuhi tuntutan asosiasi agar take rate turun menjadi maksimal 10%, artinya terjadi pemangkasan hingga 1100 bps. Angka riil setalah digabung dengan Tokopedia tentu lebih kecil dari itu, namun guncangan yang terjadi akan sangat besar mengingat dengan komisi tinggi saja belum membuat perusahaan memperoleh keuntungan.

Sebelum melantai di bursa, GOTO dalam prospektusnya telah mengklaim bahwa perusahaan tidak dapat memberikan jaminan akan membukukan laba bersih di masa mendatang. Klaim ini datang ketika take rate Gojek masih berkisar 19%, bayangkan pernyataan apa yang akan disebutkan dalam prospektus apabila take rate Gojek hanya 10% saja kala itu.

Saham GOTO sebenarnya telah lama ditunggu-tunggu oleh para investor lokal yang mengharapkan dapat mewujudnya mimpi memiliki perusahaan teknologi yang dapat naik signifikan di masa depan. Cetak biru saham teknologi Wall Street menjadi acuan, seperti Amazon, Facebook hingga Tesla.

Namun kondisi makroekonomi global yang sedang berat serta himpitan dari menjamurnya kompetitor lokal, regional dan global membuat sejumlah investor mengukur kembali ambisinya. Senada analis juga mengirimkan sinyal serupa.

Data Refinitiv mencatat bahwa secara rata-rata dari 9 analis rekomendasi yang diberikan memiliki bobot 2,56 atau setara dengan hold. Lima analis menyaran beli, satu menyarankan tahan dan tiga lainnya menyaran jual.

Selanjutnya secara rerata target harga GOTO adalah Rp 368 atau 9% lebih tinggi dari harga IPO. Target harga tertinggi tercatat Rp 500 dan terendah Rp 224.

Selain analis CLSA yang baru mengubah ratingnya, analis lain yang sebelumnya telah memberikan rating beli pada GOTO termasuk dari Danareksa (target Rp 410), Nomura (target Rp 416) dan Ciptadana (Rp 500).

Sebelumnya, Morgan Stanley sempat mengirimkan sinyal jual dan memberi peringkat underweight dengan target harga Rp 230 bagi saham GOTO.

Morgan Stanley menyebut saham GOTO saat ini masih kemahalan, apabila dibandingkan dengan kompetitor lokal dan regional seperti Grab dan induk Shopee, Sea Limited yang keduanya melantai di Wall Street.

Grab yang kapitalisasi pasarnya kini tinggal setengah dari GOTO bahkan memiliki kinerja serta likuiditas yang lebih baik. Meski demikian GOTO yang ikut ambil andil dalam duopoli ride-hailing dan e-commerce di Indonesia memiliki keuntungan kompetitif dalam berlaga di pasar domestik RI yang memiliki potensi pertumbuhan besar.

SmartEstimate Refinitiv atas laporan sejumlah analis memperkirakan memperkirakan tahun ini pendapatan GOTO akan mencapai Rp 8,62 triliun dengan total kerugian Rp 25,92 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular