Duh! Rusia Beraksi, Indonesia Bisa Merana

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 August 2022 08:45
batu bara
Foto: REUTERS/Kristina Barker/File Photo

Harga batu bara yang sedang tinggi-tingginya menjadi windfall atau "durian runtuh" bagi Indonesia. Neraca perdagangan mampu mencatat surplus selama 27 bulan beruntun yang membantu transaksi berjalan (current account) juga surplus 4 kuartal beruntun. 

Pada semester I-2022, nilai ekspor batu bara yang termasuk dalam HS 27 bahan bakar mineral sebesar US$ 29,67 miliar, meroket 91,35% dari periode yang sama tahun lalu. Nilai tersebut berkontribusi nyaris 19% dari total nilai ekspor sepanjang Januari - Juli.

Bisa dilihat bagaimana vitalnya peran batu bara bagi devisa negara. Namun, Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto memberi wanti-wanti. Sebab, ada gejala harga komoditas di pasar internasional mulai turun.

Pada Juli 2022, indeks harga komoditas energi ada di 168,58. Sementara indeks harga komoditas makanan adalah 138,63, terendah sejak serangan Rusia ke Ukraina yang dimulai Februari lalu.

Kinerja ekspor Indonesia yang terus tumbuh lebih ditopang oleh kenaikan harga komoditas. Menurut volume, ekspor cenderung stagnan. Hal ini berarti jika harga komoditas menurun, termasuk batu bara, maka kinerja ekspor akan melemah.

"Ekspor tumbuh lebih didorong peningkatan harga komoditas. Sementara volume ekspor komoditas menunjukkan stagnan. Jika harga komoditas internasional menunjukkan penurunan, perlu kita waspadai neraca perdagangan bulan-bulan ke depan," tegas Setianto.

Tingginya harga komoditas energi juga sangat menguntungkan bagi Rusia. Meski diembargo oleh Barat, toh nilai penjualan Rusia melonjak drastis setelah mendapat pembeli baru, India, serta peningkatan penjualan ke China, dengan harga diskon tentunya.

Transaksi berjalan Rusia bahkan terus mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.


Di kuartal II-2020, current account Rusia tercatat sebesar US$ 70,1 miliar, lebih tinggi dari rekor kuartal sebelumnya US$ 68,38 miliar.

Sementara itu, bank sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR) pada Selasa (9/8/2022) melaporkan pada periode Januari - Juli, current account mencatat surplus US$ 166 miliar atau sekitar Rp 2.473 triliun (kurs Rp 14.900/US$).

Estimasi tersebut lebih dari tiga kali lipat dari periode yang sama tahun 2021 senilai US$ 50 miliar, menurut CBR.

Besarnya surplus current account tersebut terjadi akibat impor yang menurun, sementara ekspor melonjak akibat tingginya harga komoditas energi. Selain minyak mentah, ada gas alam dan batu bara yang harganya gila-gilaan.

Kementerian Ekonomi Rusia di tahun ini memprediksi di tahun ini pendapatan ekspor energi akan mencapai US$ 338 miliar, naik dari tahun lalu sebesar US$ 244 miliar.
"Dinamika transaksi berjalan ditentukan oleh melebarnya surplus neraca barang dan jasa sebagai hasil dari kenaikan signifikan nilai ekspor barang sementara nilai impor mengalami penurunan," tulus CBR.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular