
Tragis! Harga Listrik di Eropa Setara US$ 1.000/Barel Minyak

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga listrik di Eropa terus mengangkasa, saat ini harganya setara dengan US$ 1.000 per barel minyak. Seretnya pasokan dari Rusia jadi penyebab harga energi Benua Biru makin mahal dan makin dekat dengan krisis energi.
Pipa gas Nord Stream 1 yang membawa gas Rusia ke negara dengan ekonomi terbesar di Eropa akan melakukan pemeliharaan lagi. Padahal setelah agenda pemeliharaan sebelumnya, pipa Nord Stream hanya menyalurkan 20% gas dari kapasitas normalnya.
Pekerjaan pemeliharaan pipa Nord Stream 1 ini cukup membuat Eropa ketar-ketir karena selama masa perbaikan aliran gas yang dikelola Gazprom akan dihentikan selama 3 hari dari 31 Agustus hingga 2 September.
Melansir dari CNBC International, harga gas alam Eropa melonjak pada Senin (22/8/2022) setelah raksasa energi milik negara Rusia Gazprom mengatakan akan menutup satu-satunya infrastruktur gas terbesar di Eropa itu selama tiga hari dari akhir bulan.
Sebagai akibat dari meningkatnya kekhawatiran bahwa pengiriman Rusia akan berkurang dari level yang sudah rendah, harga gas Eropa dan harga listrik tahun depan mencapai level tertinggi baru pada Senin.
Harga gas bulan depan di pusat TTF Belanda, patokan Eropa untuk perdagangan gas alam. Pada Senin (22/8/2022) harga gas Eropa acuan Belanda tercatat pada rekor tertinggi Euro 278 megawatt per hour.
Meskipun pada Selasa (23/8/2022) harga gas mencatatkan penurunan ke Euro 226 megawatt per hour yang masih pada level yang tinggi.
Aliran melalui Nord Stream telah berkurang sejak pertengahan Juni setelah pemeliharaan terjadwal rutin terus berlanjut di atas turbin gas yang diperbaiki oleh Siemens tetapi tidak pernah dioperasikan kembali.
Investor menjadi cemas aliran gas Rusia ke Eropa akan macet. Hal ini yang membuat gas alam Eropa saat ini meroket dan berpotensi untuk berlanjut.
"Situasi geopolitik yang sangat tidak terduga dan risiko eskalasi lebih lanjut dan sanksi baru kemungkinan akan mendukung harga lebih lanjut," kata analis di Refinitiv dalam laporan pagi.
Rusia menyumbang 55% dari impor gas Jerman pada 2021. Meskipun angka itu turun menjadi 40% pada kuartal I-2022, Menteri Ekonomi Robert Habeck mengatakan Jerman tidak akan bisa secara penuh melepas ketergantungannya dari pasokan gas Rusia sebelum pertengahan 2024.
Bukan hanya Jerman, kebanyakan negara di Eropa memang bergantung kebutuhan gasnya pada Rusia. Mengutip dari laporan International Energy Agency (IEA), pada tahun 2021 Eropa mengimpor rata-rata lebih dari 380 juta meter kubik (mcm) per hari gas melalui pipa dari Rusia, atau sekitar 140 miliar meter kubik (bcm) untuk tahun secara keseluruhan.
Selain itu, sekitar 15 bcm disalurkan dalam bentuk liquefied natural gas (LNG). Total 155 bcm yang diimpor dari Rusia menyumbang sekitar 45% dari impor gas UE pada tahun 2021 dan hampir 40% dari total konsumsi gasnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Eropa Digantung Putin, Harga Batu Bara Diramal Naik!
