Review Sepekan
Bikin Pusing! Harga Batu Bara Terjun Bebas Hingga 11% Sepekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas batu bara acuan kembali melanjutkan kinerja mengecewakan. Bahkan dalam sepekan, harganya sudah ambruk 11,17% secara point to point/ptp, sementara dalam sebulan harga batu bara sudah jeblok 25,05%.
Sejak awal pekan, sinar batu bara sudah redup, mencatatkan perlemahan hingga 3,52% ke US$ 198 per ton pada perdagangan Senin (13/2/2023). Tak puas ambles, sang emas hitam ini kembali melanjutkan perlemahan lebih dari 2%.
Penguatan pekan ini hanya sekali, itupun tak signifikan hanya 0,77% ke US$ 196 per ton, sungguh tak sebanding dengan perlemahannya. Pada perdagangan akhir pekan Jumat (17/2/2023) harga sang emas hitam tercatat melemah 1,77% ke US$ 183 per ton sekaligus mencatatkan posisi terendahnya dalam 13 bulan.
Pelemahan harga batu bara ini hanya berselang lima bulan setelah komoditas tersebut mencetak rekor pada 5 September 2022 tepatnya berada di harga US$ 463,75 pr ton. Jika dihitung dari harga rekor tersebut, harga batu bara sudah jeblok nyaris 60%.
Ambruknya harga batu bara pekan ini masih saja dipicu oleh kekhawatiran kondisi ekonomi global yang terus menjadi 'momok' mengerikan bagi sang emas hitam sehingga membuat permintaan terhadap batu bara melandai maka harganya juga turut tertekan.
Selain itu, harga gas yang ambrukjuga memperpanjang tren negatif harga batu bara pekan ini. Harga acuan gas Eropa ambruk ke bawah 50 euro/MWh dan menyentuh level terendah dalam 17 bulan terakhir.
Melansir dataRefinitiv,pada perdagangan akhir pekan ini,Jumat (17/2/2023), harga gas alam ditutup di posisi 49,05 euro/MWh. Harganya anjlok 5,7% sehari dan 9,1% sepekan. Harga gas terus melemah seiring hangatnya cuaca di Eropa dan Amerika Serikat menjelang berakhirnya musim dingin.
Sementara itu, melemahnya permintaan batu bara ternyata terjadi di China. Pekan ini, ternyata kapal pengangkut batu bara China dari Australia kini menghadapi ketidakpastian untuk memasuki Tiongkok.
Sebagai catatan, Beijing semula dilaporkan sudah mengizinkan pengusaha mereka untuk membeli batu bara Australia setelah memboikotnya sejak 2020 lalu.
kapal yang membawa muatan batu bara juga sebelumnya sudah membongkar sebagian atau seluruh muatan di China.
Namun, kapal BBC Maryland yang membawa 12.000 ton muatan batu bara dari Australia justru tidak bisa memasuki pelabuhan di China pada Kamis (16/2/2023) dan memilih untuk menepi ke Vietnam.
Kapal tersebut sudah menunggu lima hari di pelabuhan Changshu, Provinsi Jiangsu, China. Namun, tidak diizinkan masuk karena persoalan kepabeanan. Inilah yang membawa harga batu bara lanjut merosot.
Sebelumnya, sepanjang tahun lalu batu bara telah menjadi primadona dan penyelamat ekonomi serta pasar keuangan Indonesia. Namun, panjangnya sentimen negatif bagi sang emas hitam mematahkan harapan bahwa batu bara bisa kembali bersinar dalam waktu dekat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Gak Ada Matinya, Harga Batu Bara Terbang 4% Lebih!
(aum/aum)