
Duh! Rusia Beraksi, Indonesia Bisa Merana

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia merupakan pemasok batu bara utama China. Sementara batu bara merupakan komoditas ekspor utama Indonesia yang berkontribusi besar terhadap surplus neraca perdagangan selama 27 bulan beruntun.
Namun, posisi Indonesia sebagai pemasok utama batu bara kini mulai terancam, pasalnya ada Rusia yang ekspornya ke China terus meningkat.
Berdasarkan data dari Biro Pabean China yang dikutip Reuters, Rusia mengirim batu bara ke China sebanyak 7,42 juta ton pada Juli, naik 14,4% year-on-year (yoy). Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 2017.
Pengiriman dari Rusia juga jauh lebih besar dibandingkan yang tercatat pada Juni sebesar 6,12 juta ton.
Sementara itu, impor batu bara China dari Indonesia 11,7 juta ton pada Juli, naik 22% month-to-month (mtm) tetapi anjlok 40% (yoy). Beijing mengimpor batu bara dari Indonesia sebanyak 9,6 juta ton pada Juni dan 12,4 juta ton pada Mei.
Harga batu bara yang lebih murah dari harga pasaran membuat China memborong dari Rusia. Sanksi yang diberikan Amerika Serikat (AS) dan sekutu ke sektor energi Rusia membuatnya tidak bisa leluasa menjual batu bara ke Barat. Alhasil, Rusia mencari pembeli baru, dengan harga diskon.
Harga batu bara thermal dengan kalori 5.500 kkal/kg misalnya, Rusia dilaporkan menjualnya di harga US$ 150/ton. Sementara batu bara dengan kualitas yang sama dari Australia harganya US$ 210/ton.
Dengan selisih harga yang cukup jauh tersebut, sudah pasti China memilih batu bara dari Rusia.
Untuk diketahui, Australia sebenarnya pemasok batu bara terbesar kedua China. Tetapi posisi tersebut kini sudah disalip oleh Rusia. Selain karena selisih harga, konflik Australia - China membuat ekspor batu baranya menjadi tersendat.
Sementara dari Indonesia, China mayoritas mengimpor batu bara dengan kalori yang lebih rendah, yakni 3.800 kkal/kg, dengan harga US$ 78/ton.
Tingkat kalori batu bara yang diimpor dari Rusia dan Indonesia memang berbeda, artinya ada segmen yang berbeda. Namun, jika Rusia terus memberikan diskon harga, bukan tidak mungkin pasar batu bara Indonesia juga akan tergerus.
Bank investasi Morgan Stanley memprediksi ekspor batu bara Rusia ke China di tahun ini akan meroket 30%.
"Kami mengestimasi kenaikan volume ekspor Rusia ke China sebesar 30% menjadi 71 juta ton, dibandingkan tahun lalu 55 juta ton," kata analis Morgan Stanley yang dikutip CNN Business, akhir Mei lalu.
Hal ini juga yang membedakan Rusia dengan Indonesia. Sebab, volume ekspor komoditas secara umum Indonesia dikatakan stagnan.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Peran Penting Batu Bara Bagi RI
Harga batu bara yang sedang tinggi-tingginya menjadi windfall atau "durian runtuh" bagi Indonesia. Neraca perdagangan mampu mencatat surplus selama 27 bulan beruntun yang membantu transaksi berjalan (current account) juga surplus 4 kuartal beruntun.
Pada semester I-2022, nilai ekspor batu bara yang termasuk dalam HS 27 bahan bakar mineral sebesar US$ 29,67 miliar, meroket 91,35% dari periode yang sama tahun lalu. Nilai tersebut berkontribusi nyaris 19% dari total nilai ekspor sepanjang Januari - Juli.
Bisa dilihat bagaimana vitalnya peran batu bara bagi devisa negara. Namun, Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto memberi wanti-wanti. Sebab, ada gejala harga komoditas di pasar internasional mulai turun.
Pada Juli 2022, indeks harga komoditas energi ada di 168,58. Sementara indeks harga komoditas makanan adalah 138,63, terendah sejak serangan Rusia ke Ukraina yang dimulai Februari lalu.
Kinerja ekspor Indonesia yang terus tumbuh lebih ditopang oleh kenaikan harga komoditas. Menurut volume, ekspor cenderung stagnan. Hal ini berarti jika harga komoditas menurun, termasuk batu bara, maka kinerja ekspor akan melemah.
"Ekspor tumbuh lebih didorong peningkatan harga komoditas. Sementara volume ekspor komoditas menunjukkan stagnan. Jika harga komoditas internasional menunjukkan penurunan, perlu kita waspadai neraca perdagangan bulan-bulan ke depan," tegas Setianto.
Tingginya harga komoditas energi juga sangat menguntungkan bagi Rusia. Meski diembargo oleh Barat, toh nilai penjualan Rusia melonjak drastis setelah mendapat pembeli baru, India, serta peningkatan penjualan ke China, dengan harga diskon tentunya.
Transaksi berjalan Rusia bahkan terus mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Di kuartal II-2020, current account Rusia tercatat sebesar US$ 70,1 miliar, lebih tinggi dari rekor kuartal sebelumnya US$ 68,38 miliar.
Sementara itu, bank sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR) pada Selasa (9/8/2022) melaporkan pada periode Januari - Juli, current account mencatat surplus US$ 166 miliar atau sekitar Rp 2.473 triliun (kurs Rp 14.900/US$).
Estimasi tersebut lebih dari tiga kali lipat dari periode yang sama tahun 2021 senilai US$ 50 miliar, menurut CBR.
Besarnya surplus current account tersebut terjadi akibat impor yang menurun, sementara ekspor melonjak akibat tingginya harga komoditas energi. Selain minyak mentah, ada gas alam dan batu bara yang harganya gila-gilaan.
Kementerian Ekonomi Rusia di tahun ini memprediksi di tahun ini pendapatan ekspor energi akan mencapai US$ 338 miliar, naik dari tahun lalu sebesar US$ 244 miliar.
"Dinamika transaksi berjalan ditentukan oleh melebarnya surplus neraca barang dan jasa sebagai hasil dari kenaikan signifikan nilai ekspor barang sementara nilai impor mengalami penurunan," tulus CBR.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Meroket! Siap-Siap Batu Bara Bisa Pecah Rekor Lagi