Ekonomi AS Lesu, Harga Tembaga Layu

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
24 August 2022 16:11
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia melemah pada perdagangan hari ini sejalan dengan aktivitas ekonomi yang turun di Amerika Serikat.

Pada Rabu (24/8/2022) pukul 15:40 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 8.099 per ton, turun 0,26% dibandingkan harga penutupan kemarin.

Aktivitas bisnis sektor swasta AS mengalami kontraksi selama dua bulan berturut-turut pada Agustus dan jatuh ke posisi terlemah dalam 27 bulan. Penyebabnya adalah permintaan yang melemah kala menghadapi inflasi yang sangat panas.

Indeks manajer pembelian (PMI) komposit flash S&P Global untuk Agustus turun menjadi 45 bulan ini - terendah sejak Mei 2020 - dari pembacaan akhir 47,7 pada bulan Juli. Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi dalam aktivitas.

"Kekurangan bahan, keterlambatan pengiriman, kenaikan suku bunga dan tekanan inflasi yang kuat semuanya berfungsi untuk meredam permintaan pelanggan, menurut panelis," kata laporan itu.

Sementara indeks pesanan baru terkontraksi di posisi 48,8, terendah sejak Mei 2020. Kemudian indeks harga input dan output survei keduanya turun lagi ke level terendah sejak Februari 2021. Ini bisa jadi sinyal baru bahwa inflasi akan makin melandai.

Turunnya permintaan yang tercermin dalam survei PMI adalah sama dengan skenario yang coba direkayasa oleh The Federal Reserves/The Fed dengan kenaikan suku bunga paling agresif sejak 1980.

Aktivitas bisnis yang melemah dinilai para pelaku pasar sebagai sentimen negatif bagi tembaga. Sebab bisa mengurangi permintaan akan bahan baku dari logam industri. Permintaan turun, maka harga mengikuti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Semester II, Harga Tembaga Anjlok 2%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular