Ikuti Asia & AS, Bursa Eropa Dibuka Terkoreksi di Awal Pekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Eropa dibuka cenderung melemah pada perdagangan Senin (22/8/2022), karena kekhawatiran investor akan pengetatan kembali kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) kembali muncul.
Indeks Stoxx 600 di awal sesi melemah 0,69% ke posisi 434,36, sedangkan indeks FTSE 100 Inggris juga terkoreksi 0,44% ke 7.517,31.
Sementara untuk indeks CAC Prancis ambles 1,47% ke posisi 6.400,4 dan indeks DAX Jerman ambrol 1,23% ke 13.377,36.
Investor di Benua Biru akan memfokuskan perhatiannya ke risalah pertemuan kebijakan terakhir bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) yang dijadwalkan akan diumumkan pada Kamis waktu setempat, di mana bank sentral Benua Biru diprediksi masih akan hawkish.
"ECB harus terus menaikkan suku bunga, bahkan jika resesi di Jerman semakin mungkin terjadi, karena inflasi akan tetap tinggi hingga tahun 2023," kata Presiden Bundesbank, Joachim Nagel kepada sebuah surat kabar Jerman.
Selain memfokuskan perhatiannya ke risalah rapat ECB, investor di Benua Biru juga akan memantau data flash reading dari aktivitas manufaktur yang tercermin pada Purchasing Manager's Index (PMI) periode Agustus 2022.
Adapun negara di Eropa yang akan merilis data flash reading PMI manufaktur bulan ini adalah Uni Eropa, Inggris, Jerman, dan Prancis.
Investor di Benua Biru juga masih menimbang langkah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang masih akan menaikkan suku bunga acuannya di pertemuan September, meski inflasi sudah mulai melandai.
Selain itu, investor juga cenderung skeptis setelah komentar dari The Fed St. Louis, James Bullard yang mengindikasikan bahwa The Fed kemungkinan akan masih melanjutkan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat, meredam harapan investor sebuah perlambatan dari kenaikan suku bunga.
Tak hanya Bullard saja, Presiden the Fed San Francisco, Mary Daly juga bersikap sama, di mana Bullard dan Daly mengatakan kenaikan 75 basis poin (bp) sangat terbuka pada September.
Bullard berharap suku bunga acuan bisa di bawa ke kisaran 3,75-4,00% pada akhir tahun ini. The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 225 bp sepanjang tahun ini sehingga kini ada di kisaran 2,25%-2,50%.
"Inflasi masih sangat tinggi. Memang sedikit melandai tapi saya belum senang dengan itu. Saya tidak menghitung (penurunan inflasi Juli). Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," tutur Daly, kepada CNN International.
The Fed sedang mempertimbangkan untuk kembali menaikan suku bunga besar pada rapat edisi September. Bullard mengatakan bahwa dia tidak dapat mengatakan dengan pasti bahwa inflasi telah mencapai puncaknya.
Di lain sisi, saham utilitas Jerman, Uniper ambruk 6,9% pada awal perdagangan, di tengah peringatan pemotongan lebih lanjut untuk pasokan gas Rusia ke Eropa, yang telah mendorong perusahaan untuk mencari bailout negara.
Namun, saham healthcare Frensenius melonjak 5,5%, setelah grup perawatan kesehatan Jerman mengumumkan penunjukan CEO baru Michael Sen mulai 1 Oktober, menggantikan Stephan Sturm.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Mengekor Bursa Asia, Bursa Eropa Dibuka Cerah!
(chd)