
Mayoritas Bursa Asia Hijau, Semoga IHSG Bisa Ikut

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Selasa (16/8/2022), menyusul cerahnya kembali bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan ini.
Hanya indeks Nikkei Jepang dan Straits Times Singapura yang dibuka di zona merah pada hari ini. Indeks Nikkei dibuka turun tipis 0,04% dan Straits Times melemah 0,17%.
Sedangkan sisanya dibuka menghijau. Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka menguat 0,33%, Shanghai Composite China naik tipis 0,08%, ASX 200 Australia bertambah 0,27%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,64%.
Dari Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) akan merilis risalah rapat kebijakan moneter terbarunya pada hari ini.
Di lain sisi, bank sentral China (People Bank of China/PBoC) secara tak terduga memangkas suku bunga utama untuk kedua kalinya tahun ini.
Pemangkasan ini dikhawatirkan sebagai sinyal jika perlambatan ekonomi China masih akan terjadi ke depan. Meski begitu, pelaku pasar di Benua Kuning dan Benua Hijau tidak terlalu mengkhawatirkannya.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi menyusul hijaunya kembali bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Senin kemarin, di mana pada pekan ini giliran perusahaan peritel di AS merilis kinerja keuangan pada kuartal kedua tahun ini.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,45% ke posisi 33.912,44, S&P 500 bertambah 0,4% ke 4.297,14 dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,62% menjadi 13.128,05.
Menurut analis dari Kingsview Investment Management, Paul Nolte mengatakan pasar kini optimis jika kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tidak akan membuat ekonomi AS mengalami hard landing.
Seperti diketahui, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan mereka sebanyak 225 basis poin (bp) sepanjang tahun ini hingga menjadi di kisaran 2,25 persen-2,5 persen untuk menurunkan inflasi.
Kenaikan suku bunga acuan yang agresif semula dikhawatirkan akan membuat ekonomi AS jatuh sangat dalam. Secara teknikal, ekonomi AS juga sudah memasuki resesi setelah terkontraksi pada kuartal I dan kuartal II-2022.
Kenaikan suku bunga pada periode Maret-Juli telah menekan pasar saham, terutama saham berbasis teknologi.
Namun, otimisme pelaku pasar mulai meningkat tajam pekan lalu setelah keluarnya data inflasi dari sisi produsen (producer price index/PPI) dan dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada Juli 2022.
PPI Negeri Paman Sam pada bulan lalu menunjukkan penurunan secara bulanan sebanyak 0,5% dan melampaui ekspektasi analis Dow Jones di 0,2%.
Sedangkan, IHK Negeri Paman Sam pada bulan lalu juga melandai ke 8,5% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari 9,1% dan berada di bawah prediksi analis Dow Jones di 8,7%.
Membaiknya data IHK dan PPI AS memberi optimisme pasar jika periode terburuk sudah berlalu.
"Puncak inflasi sudah berlalu dan The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuan setelah ini. Ekonomi AS akan membaik," tutur Michael James, direktur pelaksana perdagangan ekuitas di Wedbush Securities, kepada Reuters.
Optimisme bursa saham AS juga disuntik oleh keyakinan pelaku pasar jika kinerja perusahaan-perusahaan AS akan membaik.
Perusahaan-perusahaan besar akan mengumumkan kinerja keuangan kuartal II-2022 pada pekan ini. Investor masih menantikan musim rilis kinerja keuangan dari perusahaan ritel besar, di antaranya Home Depot, Walmart, dan Target untuk mengetahui sejauh mana inflasi dan tekanan makro ekonomi telah mempengaruhi pendapatannya.
Selain itu, data penjualan ritel AS pada periode Juli 2022 juga akan dirilis pada pekan ini, tepatnya pada Rabu malam waktu Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
