
Dolar AS Mulai Nanjak, Rupiah Tertekan Lagi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terkoreksi cukup signifikan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga di pertengahan perdagangan Senin (15/8/2022). Indeks dolar AS kembali menguat di pasar spot, sehingga menekan laju Mata Uang Garuda.
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah terkoreksi pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,24% di Rp 14.700/US$. Kemudian, rupiah kembali melanjutkan koreksinya menjadi 0,44% menjadi Rp 14.730/US$ pada pukul 11:00 WIB. Kini, rupiah diperdagangkan di level Rp 14.700/US$ lagi.
Padahal, pekan lalu rupiah berhasil membukukan kenaikan yang impresif sebesar 1,53% ke Rp 14.665/ton. Penguatan Mata Uang Garuda searah dengan terkoreksinya indeks dolar AS. Indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya melemah 0,9% di sepanjang pekan lalu.
Namun, hari ini indeks dolar AS kembali berbalik arah dan menguat 0,09% ke posisi 105,72.
Hari ini, data ekonomi dari dalam negeri akan dirilis salah satunya neraca perdagangan. Deputi Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto melaporkan nilai ekspor pada Juli 2022 adalah US$ 25,57 miliar. Naik 32,02% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Realisasi tersebut lebih tinggi ketimbang ekspektasi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 29,21% yoy. Sementara konsensus versi Reuters memperkirakan pertumbuhan ekspor di 29,73% yoy.
Namun, dari sisi impor, tumbuh 39,86% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) dan di atas konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan impor naik 31,02% yoy. Sedangkan konsensus versi Reuters memperkirakan impor tumbuh 37,3% yoy.
Pertumbuhan ekspor yang melambat dikarenakan adanya kontraksi pada aktivitas manufaktur atau Purchasing Managers' Index (PMI) dari tiga negara mitra dagang Indonesia seperti China dari 50,2 ke 49. Diketahui, angka aktivitas manufaktur yang berada di atas 50 berarti ekspansif sedangkan di bahwa 50, terjadi kontraksi.
China merupakan mitra dagang RI terbesar, tentunya jika ada penurunan pada aktifitas bisnis maka permintaan akan impor menjadi berkurang pula.
Selain itu, PMI AS juga melandai dari 52,7 ke 52,2, sedangkan PMI Jepang juga masih ekspansif tapi melambat ke 52,1 dari 52,7. Sejatinya, surplus tergerus sudah terlihat dari cadangan devisa bulan Juli yang turun menjadi US$132,2 miliar, salah satu faktor yang berkontribusi yakni dari perdagangan internasional.
Di Asia, mayoritas mata uang terkoreksi terhadap dolar AS. Hanya rupee India, dolar Hong Kong dan yen Jepang yang menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tutup Kuartal I-2023, Rupiah Siap Jebol Rp 15.000/US$!